KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) berencana untuk melakukan Penambahan Modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau
rights issue, sekaligus Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau dikenal dengan
private placement. Di dalam keterbukaan informasinya (30/6), tujuan dari aksi korporasi tersebut adalah memperkuat struktur permodalan dalam rangka pengembangan usaha perusahaan. Rencananya, kedua aksi tersebut akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 8 Agustus 2023. “Akan digunakan untuk meningkatkan modal inti Perseroan dan juga meningkatkan modal kerja dalam rangka pengembangan usaha Perseroan,” tulis manajemen.
Untuk
rights issue, BNC bakal menerbitkan sebanyak-banyaknya lima miliar lembar saham baru saham baru atas nama dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham. Itu berarti, nilai yang bisa didapatkan mencapai Rp 500 miliar.
Baca Juga: Terus Tambah Kepemilikan Saham di Bank Neo Commerce, Ini Kata Akulaku Sementara itu, untuk
private placement, perusahaan sebanyak-banyaknya akan menerbitkan 1.2 miliar lembar saham atau 10,00% dari modal ditempatkan dan disetor. Aksi ini dapat dilaksanakan sekaligus atau bertahap dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak disetujui oleh RUPSLB. “Penyetoran PMTHMETD ini dilakukan dalam bentuk uang,” tulis manajemen. Sementara itu, manajemen juga menyebutkan saham baru perseroan akan dikeluarkan kepada satu atau beberapa investor yang bermaksud memiliki Saham Baru Perseroan, yang pada tanggal diterbitkannya Keterbukaan Informasi belum ditentukan pihak-pihaknya. Sebagai informasi, PT Akulaku Silvrr Indonesia saat ini menjadi pemegang saham pengendali dengan mengantongi 27,32% saham dari BNC. Jika Akulaku tak mengambil bagian dalam
private placement, maka jumlah sahamnya akan terdilusi menjadi 24,84%.
Berdasarkan laporan keuangan, BNC telah mencatatkan rasio kecukupan modal (CAR) 34,8% pada kuartal I/2023. Pada periode yang sama, modal inti BNC telah mencapai Rp3,5 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari