KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Permata Tbk (BNLI) akan memulai proses merger dengan Bangkok Bank Cabang Indonesia (BBI) setelah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Integrasi itu dilakukan pasca Bangkok Bank Public Company Limited resmi menyelesaikan akuisisi 89,12% saham Bank Permata pada 20 Mei 2020. BBI memiliki tiga kantor di Indonesia yakni kantor cabang Jakarta, kantor cabang pembatu Surabaya, dan kantor cabang pembantu Medan. Kegiatan usahanya memberikan kredit ke nasabah korporasi, menghimpun dana pihak ketiga (DPK) berupa giro dan deposito, layanan remitansi, pembiayana ekspor impor, bank garansi, layanan penukaran uang dan produk derivatif. Penggabungan itu ditargetkan rampung pada Desember 2020 mendatang. dengan integrasi tersebut maka permodalan Bank Permata akan semakin kuat. Dalam ringkasan rancangan integrasi yang dipublikasikan Bank Permata, Rabu (7/10), perseroan diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar Rp 44 triliun dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy ratio (CAR) mendekati 30%.
Begini rencana bisnis Bank Permata setelah merger dengan Bangkok Bank Indonesia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Permata Tbk (BNLI) akan memulai proses merger dengan Bangkok Bank Cabang Indonesia (BBI) setelah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Integrasi itu dilakukan pasca Bangkok Bank Public Company Limited resmi menyelesaikan akuisisi 89,12% saham Bank Permata pada 20 Mei 2020. BBI memiliki tiga kantor di Indonesia yakni kantor cabang Jakarta, kantor cabang pembatu Surabaya, dan kantor cabang pembantu Medan. Kegiatan usahanya memberikan kredit ke nasabah korporasi, menghimpun dana pihak ketiga (DPK) berupa giro dan deposito, layanan remitansi, pembiayana ekspor impor, bank garansi, layanan penukaran uang dan produk derivatif. Penggabungan itu ditargetkan rampung pada Desember 2020 mendatang. dengan integrasi tersebut maka permodalan Bank Permata akan semakin kuat. Dalam ringkasan rancangan integrasi yang dipublikasikan Bank Permata, Rabu (7/10), perseroan diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar Rp 44 triliun dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy ratio (CAR) mendekati 30%.