KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) kurang bergairah di semester I-2023. Meski pendapatan usaha melonjak, tapi MDKA justru berbalik menanggung kerugian yang cukup jumbo, yakni sebesar US$ 49,21 juta. Sebagai gambaran, jika dikonversi menggunakan kurs Rp 15.455 per dolar AS, kerugian MDKA pada semester I-2023 setara Rp 760,60 miliar. Padahal, pada semester I-2022 MDKA mampu meraih laba bersih senilai US$ 96,79 juta. Kinerja
bottom line MDKA anjlok ketika pendapatan usaha berhasil melejit 52,32% secara tahunan (
Year on Year/YoY). Dari semula US$ 341,40 juta menjadi US$ 520,03 juta hingga periode Juni 2023.
Hanya saja, beban pokok pendapatan MDKA melompat lebih tinggi menjadi US$ 473,89 juta, atau naik 99,96% secara YoY. Hasil ini membuat laba kotor MDKA terpangkas hingga 55,81% (YoY) dari US$ 104,40 juta menjadi US$ 46,13 juta. Laba MDKA semakin tergerus dengan lonjakan beban keuangan yang mencapai 336,04% (YoY) menjadi US$ 39,68 juta. MDKA juga mencatatkan beban lain-lain senilai US$ 30,16 juta. Padahal pada semester I-2022 pos ini membukukan pendapatan lain-lain sebesar US$ 62,58 juta.
Baca Juga: Ada Kericuhan di Wilayah Proyek Emas Pani, Begini Reaksi Merdeka Copper Gold (MDKA) MDKA pun membukukan rugi periode berjalan senilai US$ 54,91 juta per Juni 2023. Pada periode yang sama tahun lalu, MDKA masih mencatatkan laba periode berjalan sebesar US$ 100,06 juta. Head of Corporate Communication Merdeka Copper Gold Tom Malik membeberkan secara operasional pada semester I-2023 MDKA memproduksi 64.277 ons emas, 7.181 ton tembaga, 21.238 ton Nickel Pig Iron (NPI) dan 4.438 ton nikel matte. Dari volume produksi tersebut, total penjualan MDKA tercatat sebanyak 49.540 ons emas, 7.876 ton tembaga, 19.222 ton NPI dan 3.036 ton nikel matte. Dengan harga jual rata-rata emas US$ 1.937 per ons troi, US$ 8.745/t tembaga, US$ 15.543/t NPI dan US$ 17.196/t nikel matte. Tom mengungkapkan, lonjakan pendapatan MDKA pada semester I-2023 dikontribusikan oleh tambahan pendapatan sebesar US$ 222 juta dari penjualan NPI dan nikel matte. Namun, pada saat yang bersamaan produksi nikel ini ikut mengerek beban pokok MDKA Adapun, peningkatan beban pokok pendapatan MDKA terutama disumbangkan oleh anak usahanya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (
MBMA). Total beban pokok mencapai US$ 282 juta dalam enam bulan operasi untuk NPI, yang membuat penurunan margin dari MBMA. Apalagi biaya yang lebih tinggi terjadi ketika tingkat harga NPI yang lebih rendah. "Harga NPI telah turun karena melemahnya permintaan stainless steel dari China di tengah melambatkan perkiraan pertumbuhan ekonomi," ungkap Tom dalam keterangan tertulis kepada Kontan.co.id, Minggu (1/10). Dari sisi biaya keuangan, Tom mengatakan kenaikan terjadi karena meningkatnya suku bunga dan tingkat utang yang secara keseluruhan lebih tinggi. Tapi hal ini sejalan dengan fase transformasi pertumbuhan yang ditempuh MDKA, ditandai dengan akuisisi aset yang menjadi fondasi bagi MBMA serta pembangunan proyek Acid Iron Metal (AIM).
Baca Juga: Perusahaan Terkendali Milik Merdeka Copper (MDKA) Gelar Transaksi Afiliasi Rp 4,99 M Sedangkan untuk beban lain-lain, Tom mengungkapkan pos tersebut juga mencakup pajak pendiri terkait
Initial Public Offering (IPO) MBMA sebesar US$ 16 juta. Kemudian, ada kerugian selisih kurs sebesar US$ 8 juta akibat depresiasi rupiah terhadap dolar AS dan revaluasi obligasi rupiah. Tingkat penjualan emas juga memengaruhi kinerja pada semester I-2023. MDKA mencatatkan penjualan emas 49.540 ons dibandingkan produksi sebanyak 64.227 ons. "Perbedaan ini mengakibatkan pengakuan laba ditangguhkan hingga kuartal ketiga 2023," imbuh Tom. Sementara itu, penurunan profitabilitas dari tambang Wetar terutama disebabkan merosotnya produksi tembaga akibat berkurangnya jumlah bijih yang ditambang. Dus, penundaan penjualan emas dari Tujuh Bukit, penurunan produksi tembaga dari Wetar dan penurunan margin NPI dari MBMA berakibatkan pada terpangkasnya EBITDA MDKA. Pada semester I-2023, EBITDA MDKA merosot hingga 59,24% (YoY) dari sebelumnya US$ 182,8 juta menjadi US$ 74,5 juta. EBITDA margin MDKA turun dari posisi 53,5% menjadi tinggal 14,3%.
Rencana Bisnis MDKA
Di tengah penurunna laba, MDKA melanjutkan pengembangan sejumlah proyek tambang dan hilirisasi. Guna memuluskan proyek tersebut, emiten yang terafiliasi dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (
SRTG) dan Garibaldi "Boy" Thohir ini pun gencar menanamkan investasi.
Pertama, Proyek Tembaga Tujuh Bukit. Pada semester I-2023 MDKA mengalokasikan dana sebanyak US$ 24 juta terutama untuk pekerjaan feasibility Proyek Tembaga Tujuh Bukit. Termasuk pengeboran definisi sumber daya, pemodelan geologi dan studi teknis.
Kedua, MDKA membelanjakan dana sekitar US$ 77,5 juta hingga akhir Juni 2023 untuk proyek jalan angkutan (haul road). Proyek ini untuk menghubungkan tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dengan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). "Peningkatan jalan angkut telah selesai pada bulan Agustus 2023, sehingga pengangkutan bijih saprolit dapat dimulai pada pertengahan Agustus," kata Tom.
Ketiga, untuk proyek AIM, pada kuartal kedua MDKA telah menggelontorkan investasi tambahan sebesar US$ 58 juta. Sehingga total investasi hingga semester I-2023 telah mencapai US$ 117 juta. Proyek AIM ditargetkan bisa melakukan produksi acid pertama pada kuartal keempat ini.
Keempat, MDKA telah mengalokasikan dana sebanyak US$ 43 juta untuk Proyek Emas Pani. MDKA menggelar feasibility study (FS) dan aktivitas pengembangan proyek, termasuk pengeboran definisi sumber daya. Optimalisasi FS sedang berlangsung yang hasilnya akan diumumkan pada kuartal IV-2023. Sebagai panduan pada tahun ini, MDKA masih memproyeksikan untuk mencapai tingkat produksi 120.000 hingga 140.000 ons emas dari Tambang Tujuh Bukit. All in Sustaining Cost (AISC) diproyeksikan sebesar US$ 1.100 hingga US$ 1.300/oz, setelah dikurangi kredit perak. MDKA merevisi panduan produksi untuk Tambang Tembaga Wetar menjadi 14.000 hingga 16.000 ton dengan AISC US$ 4,2 hingga US$ 5/lb. Revisi ini juga mempertimbangkan tertundanya akses ke wilayah penambangan yang direncanakan pada kuartal IV-2023. Melalui MBMA, MDKA menargetkan produksi untuk NPI mencapai 21.000 hingga 25.000 ton dari Zhao Hui Nickel (ZHN). Kemudian tingkat produksi yang mencapai 18.000 hingga 20.000 NPI masing-masing dari Bukit Smelter Indonesia (BSID) dan Cahaya Smelter Indonesia (CSID). Panduan biaya pada tahun ini mencapai US$ 13.000 hingga US$ 15.000 per ton AISC. Namun, diperkirakan akan turun lantaran skala ekonomi dari pabrik peleburan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) ZHN generasi berikutnya yang lebih besar dan biaya input lebih rendah.
Baca Juga: Merdeka Copper (MDKA) Targetkan Produksi Emas 140.000 Ons Troi di Tahun 2023 Salah satu komponen biaya utama adalah bijih nikel yang bervariasi tergantung pada jenis dan harga nikel internasional. Tom bilang, MBMA tidak akan terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga bijih setelah dimulainya penambangan saprolit dan pengangkutan dari tambang SCM. "Volume penambangan dan penjualan bijih di tambang SCM diperkirakan akan meningkat signifikan," ujar Tom. Masih melalui MBMA, produksi nikel matte diperkirakan mencapai 28.000 hingga 31.000 ton dari Huaneng Metal Industry (HNMI) usai penyelesaian akuisisi pada kuartal II-2023. HNMI memiliki perjanjian untuk membeli nikel matter kadar rendah alias low grade nickel matte (LGNM). HNMI mempunyai perjanjian untuk membeli LGNM dengan harga NPI yang berlaku ditambah margin yang kecil. Sebagai produsen NPI skala besar, MBMA melakukan lindung nilai terhadap biaya LGNM.
Rekomendasi Saham
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat secara top line, pendapatan MDKA masih berpotensi tumbuh. Namun, kenaikan beban biaya masih membayangi kinerja MDKA di sisa tahun ini.
Secara teknikal, William menyematkan rekomendasi
buy on weakness MDKA dengan mencermati support Rp 2.100 dan resistance di Rp 3.580. Sedangkan Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan untuk wait and see terlebih dulu. "Kami mencermati dari sisi indikator MACD dan Stochastic, serta volume MDKA masih didominasi oleh penjualan dan masih belum ada tanda pembalikan arah," kata Herditya. Saran Herditya, cermati support terdekat di Rp 2.850 dan resistance pada level Rp 3.000. Adapun, pada akhir pekan lalu MDKA ditutup melemah 4,95% ke harga Rp 2.880. Harga saham MDKA bergerak melemah 30,10% secara
year to date. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari