MOMSMONEY.ID - Adanya fenomena
Bubble Burst startup di seluruh dunia membuat banyak investor cenderung lebih berhati-hati dalam memilih
startup yang akan mereka danai. Dibanding melakukan pendanaan kepada
startup dengan bisnis yang
trending, investor kini lebih tertarik pada bisnis yang lestari (
sustainable), yaitu bisnis yang bisa menjadi solusi permasalahan yang ada pada masyarakat dari hulu ke hilir. Ekosistem perusahaan rintisan akan semakin kuat dengan banyak bermunculannya inkubator, akselerator atau jaringan dan program wirausaha serupa DSC akan menjadikan jaringan
startup semakin sehat dan akan lahir banyak bidang baru. Para modal ventura atau investor juga akan semakin melirik bisnis yang mengarah ke pembangunan berkelanjutan karena nyatanya memang perusahaan ini yang dibutuhkan pasar saat ini.
Untuk itu, membangun dan mengembangkan
startup digital masih menjadi banyak impian banyak orang, terutama Generasi Milenial dan Gen-Z. Akan tetapi musim dingin atau masa perlambatan
startup yang menghantui dalam beberapa bulan terakhir memunculkan banyak keprihatinan, terutama dikhawatirkan dapat berdampak pada kondisi keuangan para pelaku
startup hingga berdampak pada kepercayaan konsumen.
Baca Juga: Promo Tiket.com & Citilink s.d 31 Juli 2022,Nikmati Gratis Reschedule 2x Ubah Jadwal Kondisi yang menantang ini dihadapi oleh banyak perusahaan rintisan, tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
Startup yang terkena hantam paling berat adalah
startup digital. Walaupun dari segi pengembangannya tetap ada
startup yang bertumbuh, nyatanya gelombang PHK dari banyak perusahaan
startup dirasa cukup meresahkan. Lantas bagaimana ekosistem wirausaha terbesar di Indonesia, Diplomat Success Challenge melihat fenomena ini? Dan bagaimana strategi ke depan agar pelaku
startup tidak gentar menghadapi tantangan yang ada? Melambat Bukan Berarti Sekarat Menurut Edric Chandra selaku Program Initiator DSC 2022, situasi perlambatan ini dapat dialami siapa saja. “Tidak hanya perusahaan
startup, perusahaan yang sudah mapan pun bisa mengalami perlambatan yang signifikan. Hal ini wajar saja karena setiap bisnis pasti ada
ups and downs-nya,” tutur Edric.
Baca Juga: Jangan Coba-Coba Dikonsumsi, 5 Makanan Ini Wajib Dihindari Penderita Asam Lambung Menurut portal analisis data pasar dan konsumen Statista dalam laporannya tahun 2021, tantangan terbesar bagi
startup terletak pada kemampuan mereka mengelola keuangan. Untuk itu, penting sekali bagi perusahaan baru lebih menaruh perhatian pada keberadaan
cash flow dan laporan keuangan. Sistem finansial dan administrasi yang sehat harus dijalankan sejak awal perusahaan tersebut berdiri. Masalah lainnya dari
startup di Tanah Air adalah terlalu fokus pada transaksi dan valuasi, bukan profit. Dana operasional perusahaan sering kali sepenuhnya bergantung pada pendanaan pihak luar melalui
fundraising,
private placement, serta pinjaman. Padahal, sebuah perusahaan tidak bisa terus-menerus mengandalkan pendanaan dari pihak luar termasuk untuk eskalasi apalagi ekspansi bisnis. Untuk itu, pelaku
startup juga harus memiliki strategi untuk mendapatkan modal segar dalam bentuk hibah.
Baca Juga: Baca Tips Ini Sebelum Beli Produk Investasi Lewat Aplikasi Online Diferensiasi dan Pengembangan Inovasi Jadi Kunci Poin penting yang menjadikan perusahaan
startup dapat berkembang dengan pesat adalah inovasi. Terutama jika berbicara mengenai
startup digital di mana perkembangan teknologi terus bergerak, sehingga produk atau jasa yang ditawarkan bisa menjadi tidak relevan jika perusahaan tidak melakukan inovasi. Surjanto Yasaputera selaku Ketua Dewan Komisioner DSC mengemukakan pendapatnya mengenai karakter seorang
Founder. “Saat memutuskan untuk merintis perusahaan, seorang
Founder harus terbiasa melakukan riset secara konsisten terkait industri yang mereka masuki. Bagaimana
forecast mengenai perkembangan dan transformasi industri ke depan, sehingga mereka bisa lebih cerdas dalam menentukan trend yang bisa diadopsi ke dalam bisnis mereka,” terangnya.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Toner Vitamin C Ampuh Cerahkan Kulit Wajah Mental seorang
founder yang dibutuhkan saat ini lebih dari sekadar mental yang sanggup jatuh bangun. Seorang
founder harus memiliki
frontline obsession, yaitu siap menjadi garda terdepan, apapun posisinya, kapanpun dibutuhkan.
Selain itu,
owner’s mindset juga sangat diperlukan. Dalam ekosistem Diplomat Success Challenge dikenal adanya kriteria 3P yang harus dimiliki pengusaha yaitu Paham, Piawai, Persona. Seorang
Founder dituntut untuk tidak hanya paham akan industri dan bisnisnya, tapi juga piawai atau ulung dalam menjalankan operasional bisnis sehari-hari serta memiliki Persona atau kepribadian yang baik, akuntabel, dan berintegritas.
Baca Juga: Mengatur Gaya Hidup untuk Masa Depan Anak Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Jane Aprilyani