Begini strategi bank BUMN genjot kredit UMKM



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kesulitan yang dialami bank swasta dalam menyalurkan kredit UMKM memang berbanding lurus dengan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di sepanjang triwulan pertama tahun ini, penyaluran kredit UMKM bank swasta tidak bisa menandingi bank badan usaha milik negara (BUMN).

Jika diibaratkan pertandingan tinju, sejumlah bank swasta babak belur mendapatkan pukulan telak dari penetrasi bank-bank BUMN, terutama di segmen kredit mikro. Bahkan, sejumlah bank swasta melempar handuk sebagai tanda menyerah dalam berkompetisi di bisnis kredit mikro tersebut.

Data SPI OJK menunjukkan, pada April 2018, bank swasta menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp 307,67 triliun. Angka ini jauh lebih sedikit dibandingkan penyaluran kredit bank pelat merah yang mencapai Rp 514,67 triliun (lihat infografis). 


Memang, kredit UMKM bank-bank BUMN terdongkrak oleh penyaluran kredit mikro. Ambil contoh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Sampai kuartal I-2018, porsi kredit UMKM BRI telah mencapai 76% dari Total Kredit dengan Nominal sebesar Rp 551,5 Triliun. 

Angka itu tumbuh sebesar 15,2% bila dibandingkan dengan Kuartal I-2017 sebesar Rp 478,7 triliun. "Presentase kredit UMKM BRI terus meningkat seiring dengan target perseroan," kata Priyastomo Direktur Mikro dan Kecil BRI.

Meski kredit UMKM sudah gendut, Priyastomo mengatakan, pihaknya akan terus memperbesar porsi kredit UMKM. Hingga akhir tahun ini, BRI membidik porsi kredit UMKM bisa mencapai kisaran 77%-78% terhadap total penyaluran kredit.

Selanjutnya, pada tahun 2022 BRI menargetkan porsi kredit UMKM mencapai 80% dari total kredit. Selama ini mayoritas penyaluran kredit UMKM kami mengalir ke sektor perdagangan. 

Untuk menggenjot kredit UMKM, BRI telah menyiapkan sejumlah strategi. Antara lain, BRI akan fokus kepada peningkatan kapabilitas seperti keahlian, pengetahuan, dan teknologi tenaga pemasar. "Selain itu, menyempurnakan bisnis proses kredit UMKM dengan dukungan aplikasi IT, serta memaksimalkan penerapan konsep community banking," imbuh Priyastomo.

Strategi serupa dilakukan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). BNI bakal mendorong program supply chain, memperluas distribusi outlet kredit, dan bekerja sama dengan Kementerian dalam membina UMKM.

“Dengan menggunakan sistem supply chain, tercipta closed loop transaction untuk kontrol yang lebih mudah,” beber Catur Budi Harto, Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan BNI.

Untuk meningkatkan kredit UMKM, BNI bakal membidik sektor mikro yang paling potensial. Misalnya, mengoptimalkan program kredit di sektor pertanian, seperti program Kartu Tani di Jawa Timur, Program Perhutanan Sosial, dan Kewirausahaan Petani. Sampai kuartal I-2018, BNI telah menyalurkan kredit UMKM Rp 71,48 triliun atau 16% dari total kredit.

Upaya mendorong porsi kredit UMKM juga telah dirancang PT Bank Mandiri Tbk. Untuk mendongkrak porsi kredit UMKM, Bank Mandiri akan meleverage dengan nasabah tabungan agar penyaluran kredit UMKM bisa optimal ke depan. 

Jika tahun lalu pertumbuhan kredit UKM Bank Mandiri relatif flat, tahun ini diharapkan bisa tumbuh cukup baik. Untuk kredit UKM dengan plafon Rp 2 miliar–Rp 15 miliar, Bank Mandiri berharap tahun ini bisa tumbuh 10% yoy. Sedangkan kredit UKM dengan ticket size Rp 70 juta–Rp 80 juta diharapkan bisa naik sebesar 12% yoy.

Bank Mandiri memproyeksi, porsi kredit UMKM terhadap total kredit di sepanjang tahun ini bisa mencapai 34% atau naik dari 2017 yang hanya sebesar 33%. Kredit mikro Bank Mandiri pada kuartal I-2018 naik 22,6% yoy menjadi Rp 85,6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan