Begini strategi BTEL bertahan hidup



JAKARTA. Bisnis code division multiple access (CDMA) sudah mulai menunjukkan tren penurunan. Lalu, bagaimana strategi PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) untuk tetap bertahan hidup?Jastiro Abi, Direktur Utama BTEL mengatakan, perseroan akan menggenjot penjualan starter pack, handset murah, dan pengembangan bisnis over the top (OTT).Selain melalui sosial media, Path, perseroan juga bisa mendulang cuan dari aplikasi VIVALL. Ini merupakan aplikasi streaming yang bisa mengakses pertandingan piala dunia.Imanuddin Kencana Putra, Direktur & Chief Operating Officer BTEL menambahkan, perseroan juga melakukan efisiensi dan optimalisasi aset. Sejak tahun lalu, perseroan tidak lagi penambahan base transceiver station (BTS)."Kami memindahkan BTS dari daerah yang utilisasinya rendah ke Pulau Jawa," kata dia.Adapun, lokasi-lokasi yang menjadi target pemindahan adalah Papua, Maluku, dan Kalimantan. Total BTS yang dipindahkan mencapai 800 BTS. Hingga saat ini sekitar 80% BTS sudah berhasil dipindahkan.Kemudian, BTEL tidak akan mengonsolidasikan PT Reka Jasa Akses yang diakuisisi pada 2011 silam. Perusahaan ini bergerak di bidang penyedia jasa internet berteknologi fourth generation (4G).Reka Jasa memiliki bandwith sebesar 12,5 MHz yang berjalan di pita frekuensi 3,3 GHz. Rencananya, dua tahun lalu, perseroan akan memindahkan ke frekuensi 3,3 GHz."Tapi kan infrastruktur belum siap, ya tidak jadi," tutur Imanuddin.Dengan melepas Reka Jasa, diharapkan perusahaan bisa lebih efisien. Sekedar mengingatkan, Grup Bakrie mengakuisisi Reka Jasa Akses melalui PT Capital Manager Asia Indonesia dengan nilai akuisisi sebesar US$ 12,5 juta.Perseroan pun menyiapkan dana sebesar US$ 37,5 juta untuk pengembangannya. Ketika itu, manajemen berangan-angan pendapatan bisa menyentuh US$ 2,5 miliar jika teknologi ini bekerja maksimal.Namun, apa lacur, perseroan tidak bisa mengembangkan teknologi tersebut. Bahkan, kinerja BTEL kini berdarah-darah. Kendati sudah berhasil mencetak laba bersih di kuartal I-2014,  namun pencapaian itu bukan disebabkan adanya perbaikan operasional.Melainkan akibat keuntungan akibat selisih kurs. Pada Januari-Maret 2014, BTEL mencatatkan laba bersih sebesar Rp 210,73 miliar. Sementara pendapatan BTEL anjlok dari Rp 582,49 miliar menjadi Rp 390,49 miliar.Adapun, BTEL berhasil mencetak laba kurs senilai Rp 440,11 miliar sepanjang tiga bulan pertama 2014. Manajemen BTEL belum mau mengungkapkan proyeksi kinerja tahun ini. Namun, perseroan menargetkan bisa menambah satu juta pelanggan tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie