KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan pasar yang lesu di tengah pagebluk corona (covid-19) masih menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri lintas sektor, termasuk di antaranya PT Chitose Internasional Tbk. Meski begitu, emiten furnitur berkode saham CINT ini masih teguh mengejar target penjualan Rp 430 miliar yang telah ditetapkan di awal tahun, sementara laba bersihnya ditargetkan mencapai Rp 16 miliar. Sebagai perbandingan, penjualan bersih CINT tercatat sebesar Rp 411,78 miliar di sepanjang tahun 2019 lalu. Sementara laba bersih CINT tercatat sebesar Rp 7,08 miliar. Dus, hitungan Kontan.co.id, CINT masih mengejar pertumbuhan kinerja sebesar 4,42% pada sisi penjualan dan 125,91% pada sisi laba bersih. Sekretaris Perusahaan Chitose Internasional Helina Widayani mengakui, target kinerja yang telah ditetapkan cukup sulit untuk dikejar. Sebab pasar furnitur secara umum masih belum pulih sepenuhnya dari imbas pandemi. Permintaan yang masih lesu terutama dijumpai pada segmen pasar ritel akibat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) skala wilayah.
Begini strategi Chitose Internasional (CINT) mengejar target
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan pasar yang lesu di tengah pagebluk corona (covid-19) masih menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri lintas sektor, termasuk di antaranya PT Chitose Internasional Tbk. Meski begitu, emiten furnitur berkode saham CINT ini masih teguh mengejar target penjualan Rp 430 miliar yang telah ditetapkan di awal tahun, sementara laba bersihnya ditargetkan mencapai Rp 16 miliar. Sebagai perbandingan, penjualan bersih CINT tercatat sebesar Rp 411,78 miliar di sepanjang tahun 2019 lalu. Sementara laba bersih CINT tercatat sebesar Rp 7,08 miliar. Dus, hitungan Kontan.co.id, CINT masih mengejar pertumbuhan kinerja sebesar 4,42% pada sisi penjualan dan 125,91% pada sisi laba bersih. Sekretaris Perusahaan Chitose Internasional Helina Widayani mengakui, target kinerja yang telah ditetapkan cukup sulit untuk dikejar. Sebab pasar furnitur secara umum masih belum pulih sepenuhnya dari imbas pandemi. Permintaan yang masih lesu terutama dijumpai pada segmen pasar ritel akibat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) skala wilayah.