Begini strategi dana pensiun untuk penuhi likuiditas



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, industri dana pensiun semakin rajin memarkirkan dananya ke bank. Dana yang mereka parkirkan berbentuk tabungan, deposito on call dan deposito berjangka. 

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana dapen yang diparkirkan ke tabungan terus meningkat. Sampai Juni 2021, dana yang ditaruh ke tabungan naik 113,04% year on year (yoy) menjadi Rp 1,19 triliun dan ke deposito berjangka naik 2,11% yoy mencapai Rp 83,11 triliun. 

Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi mengatakan, baik dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) dan dana pensiun pemberi kerja (DPPK) memang rajin menempatkan dananya ke pasar uang seperti tabungan, deposito dan obligasi. 


"Penempatan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas satu tahun. Jadi, ini hanya untuk parkir sementara biar optimal, maka ditaruh ke tabungan," kata Bambang, Minggu (22/8).

Baca Juga: Begini progress pembentukan holding hotel BUMN di Wika Realty

Menurut Bambang, kenaikan dana tabungan secara signifikan jika dilihat secara nominal tidak terlalu besar. Sebagian besar dana pensiun memarkirkan dananya untuk surat berharga negara (SBN), obligasi korporasi, reksadana dan saham. 

Tak berbeda jauh, DPLK Syariah Muamalat juga memarkirkan dananya ke tabungan. Namun ia tidak mengungkapkan berapa banyak dana yang ditampung ke bank.

"Kami ada tabungan hanya sebagai penampung sementara sebelum dana itu dipakai untuk pembayaran manfaat pensiun yang akan jatuh tempo. Kalau deposito itu, minimal harus satu bulan," terang Senior Vice President & Executive DPLK Syariah Muamalat Sulistyowati. 

Selain bank, DPLK Syariah Muamalat memarkirkan dananya 22% ke Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Surat utang tersebut dinilai memiliki tingkat pengembalian instrumen yang bebas risiko. 

Baca Juga: Dana Taperum Rp 229 M Mengalir ke PNS Pensiun

Sampai akhir tahun, perusahaan akan memaksimalkan investasi ke SBBN. Namun itu semua bergantung dari minat investasi peserta DPLK dan peraturan yang berlaku. 

Di sisi lain, perusahaan memproyeksikan pertumbuhan dana kelolaan tahun ini sebesar 5%- 8%. Alasannya, ekonomi nasional belum pulih sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan. 

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan telah menyiapkan berbagai strategi investasi. Salah satunya dengan mengedepankan kualitas portfolio investasi karena pergerakan ekonomi dan investasi masih berada dalam kondisi ketidakpastian. 

"Kami juga melakukan diversifikasi jenis paket investasi agar return lebih optimal, dan menitikberatkan pada sukuk negara untuk penempatan sukuk," tutupnya. 

Selanjutnya: Bisnis terguncang, 1.691 karyawan Garuda Indonesia (GIAA) pensiun dini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli