KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (
KRAS) melihat
demand baja di awal tahun 2024 ini secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini ini didukung oleh berakhirnya status pandemi dan stimulus pemerintah seperti proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, serta proyek-proyek swasta yang sempat terhenti mulai berjalan kembali. Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan, forecast pertumbuhan demand baja global pada tahun 2024 diperkirakan naik 1,9% dibandingkan tahun 2023. Kondisi ini tentu menjadi peluang ekspor bagi industri baja di Indonesia.
“Terlebih, target produksi dan penjualan tahun 2024 diharapkan mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan demand dan program-program pemerintah dalam mendukung industri baja nasional,” ungkap Purwono, kepada Kontan.co.id, Senin (18/3).
Baca Juga: Permintaan Baja Bisa Naik 5,3%, Intip Strategi Krakatau Steel (KRAS) Mengerek Kinerja Untuk menopang demand baja nasional dan mendukung proyek-proyek strategis, KRAS pun bertransformasi menjadi perusahaan induk strategis dengan membentuk tiga subholding yang digarap tiga anak usaha, yakni PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) bergerak di bidang pengelolaan kawasan dan infrastruktur penunjang industri, PT Krakatau Baja Konstruksi (KBK) sebagai penyedia baja turunan untuk keperluan konsumtif, dan PT Krakatau Niaga Industri (KNI) sebagai penyedia baja untuk keperluan industri hilir. ‘ Meski demikian, pihaknya memproyeksikan permintaan baja untuk segmen konstruksi dan infrastruktur belum akan sepenuhnya terserap dengan baik di tahun ini. Kondisi itu lantaran sejumlah proyek, termasuk pembangunan IKN baru akan ditargetkan selesai pada pertengahan atau akhir tahun 2024. Pada tahun 2024 ini KRAS mengupayakan untuk tetap mencatat kinerja positif dengan berbagai rencana bisnis yang dapat dilakukan, di antaranya kerjasama mill-to-mill kapasitas KRAS dan group serta afiliasi, termasuk optimalisasi kinerja sub-holding. “Agar dapat menghasilkan kinerja keuangan yang positif di tahun 2024,” imbuhnya. Manajemen KRAS tak memerinci berapa belanja modal atau capital expenditure (Capex) yang disiapkan tahun ini. Purwono hanya menyebutkan capex rutin di tahun 2024 lebih difokuskan pada recovery HSM#1, sedangkan capex non rutin difokuskan pada pengembangan pada subholding Krakatau Sarana Infrastruktur sebagai penunjang bisnis KRAS.
KRAS belum secara resmi merilis laporan keuangan tahun buku 2023. Namun memang seperti dikatakan Purwono, kinerja KRAS pada tahun 2023 mengalami penurunan lantaran kejadian kahar, sehingga Pabrik HSM#1 tidak dapat beroperasi secara normal. Pabrik HSM#1 merupakan fasilitas untuk memproduksi Hot Rolled Coil (HRC) yang merupakan produk utama baja KRAS. Penurunan Kinerja Perseroan terefleksi dari volume penjualan tercatat sebesar 32% lebih rendah dari tahun 2022. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari