KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Bank Indonesia (BI) menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (DRRR) atau suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75%. Kenaikan suku bunga ini dinilai berdampak bagi
cost of fund emiten konstruksi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) Agus Purbianto mengatakan, saat ini pihaknya melakukan upaya-upaya mitigasi
cost of fund dalam rangka menghadapi kenaikan suku bunga. Misal, dari sisi pengeluaran belanja modal alias
capital expenditure (capex) yang lebih selektif dan tidak dihabiskan tahun ini. PTPP akan memprioritaskan capex ke segmen yang vital dan bisa memberi manfaat cepat bagi PTPP, seperti Tol Semarang-Demak sesi II dan Menara Danareksa.
Adapun per Agustus 2022, PTPP telah merealisasikan Capex Rp 2,31 triliun dari keseluruhan capex sebanyak Rp 4,7 triliun yang dianggarkan. Kebanyakan capex diserap oleh proyek tol Semarang-Demak yang membutuhkan dana besar.
Baca Juga: Laba Wismilak Inti Makmur (WIIM) Melesat 78,46% di Semester III 2022 Terhadap proyek eksisting, PTPP melakukan
self financing, dimana prinsip
matching antara
cash in dan
cash out selaras. Sehingga, PTPP tidak melakukan penambahan modal kerja terhadap proyek eksisting. Sementara terhadap proyek baru, harus ada kejelasan mengenai klausula
cost of fund yang ditanggung oleh pemilik proyek PTPP juga meng-
hold sejumlah investasi yang menggunakan kredit dengan skema bunga tidak
fix dan digulirkan ke kredit yang sudah menggunakan
fixed interest dan sudah menggunakan komitmen. “Kami melakukan upaya
recycling dan divestasi beberapa aset untuk menurunkan utang jangka pendek. Tentunya untuk jangka panjang upaya yang harus dilakukan bagaimana utang ini turun dan
impact-nya akan terasa apabila investasi yang besar seperti tol bisa kami divestasikan dengan cepat,” terang Agus saat media gathering di Nusa Dua, Bali, Jumat (21/10) Per Oktober 2022, emiten pelat merah ini telah menggenggam kontrak baru Rp 17,58 triliun. Kontrak baru ini terdiri atas pemasaran non ibu kota negara (IKN) senilai Rp 16,10 triliun dan proyek IKN senilai Rp 1,47 triliun. Untuk proyek IKN, PTPP telah meraih empat proyek pengerjaan. Pertama, jalan tol IKN dengan nilai kontrak Rp 687,7 miliar. Kedua, Jalan Tol Sumbu Kebangsaan sisi Barat senilai Rp 423,8 miliar. Ketiga, Penyiapan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN tahap 2 senilai Rp 280,2 miliar. Keempat, penyiapan KIPP tahap 1 (IKN) Rp 83,2 miliar. Hingga tutup tahun, PTPP menargetkan nilai kontrak baru mencapai Rp 31 triliun. Sehingga, jika dibandingkan, capaian realisasi kontrak baru PTPP per Oktober masih 56,4% dari target. Namun, Direktur Utama PTPP Novel Arsyad optimistis target ini bisa dipenuhi. Sebab, PTPP masih memiliki sekitar 70 proyek
long list dan 51 proyek
short list.
Baca Juga: Laba Bersih Matahari Department Store (LPPF) Melonjak 140,1% “Kendala-kendala non teknis seperti pembebasan lahan di kuartal keempat akan selesai. Sehingga kami bisa melakukan akselerasi,” kata Novel di kesempatan yang sama. Hanya saja, penundaan tender seperti evaluasi dan kecukupan capex perusahaan pemilik proyek menjadi penghambat. Ke depan, PTPP juga terus membidik proyek-proyek baru. Di IKN, Novel menyebut PTPP banyak mengikuti tender proyek-proyek prestisius, seperti istana negara, kantor presiden, hingga proyek pembangunan kantor kementerian koordinator.
“Kami mengikuti itu semua, harapannya kami bisa mendapatkan proyek baru lagi di tahun 2022 ini,” sambung Novel. Tak hanya proyek di dalam negeri, PTPP juga aktif mengikuti tender di luar negeri. Saat ini PTPP sedang mengikuti tender proyek kereta api di Filipina dan sedang menunggu pengumuman pemenang tender. “Proyek lainnya belum ada, namun setiap kesempatan akan tetap digali, “ pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi