KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinar Mas mengusung strategi dekarbonisasi melalui sejumlah pilar usahanya. Salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia ini menggenjot upaya dekarbonisasi melalui pilar agribusiness & food serta pulp & paper. Managing Director Sinar Mas Ferry Salman menyampaikan, sebagai grup bisnis yang memasuki usia ke-86 pada tahun ini, Sinar Mas ingin mencapai usaha yang berkelanjutan melalui pengurangan emisi. Strategi ini dijalankan beriringan dengan optimalisasi komoditas dan sektor industri andalan untuk ekonomi Indonesia. Komoditas dan sektor industri andalan itu termasuk kelapa sawit dan kertas.
"Penting untuk kolaborasi yang dilandasi prinsip kesetaraan dan keterbukaan. Apalagi mitigasi perubahan iklim dan keberlanjutan adalah kepentingan seluruh negara," kata Ferry dalam rilis yang disiarkan Selasa (10/9). Executive Director Sinar Mas Agribusiness & Food Jesslyne Widjaja menyoroti bahwa dengan kebijakan yang tepat, berbagai kelebihan kelapa sawit dalam produksi bahan bakar, energi, dan biomassa berkelanjutan dapat menjadi bagian dari solusi. Namun, langsung ini membutuhkan tindakan kolektif. Baca Juga:
Sinarmas Gandeng LG, Bangun Data Center Senilai US$ 300 Juta Sinar Mas Agribusiness and Food pun memiliki peta jalan nol emisi yang berfokus pada empat hal. Meliputi komitmen untuk tidak melakukan deforestasi, merehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi, mengelola metana dari pabrik pengolahan crude palm oil (CPO), dan beralih ke energi terbarukan dengan mengubah penggunaan batubara ke biomassa. Jesslyn mencontohkan program pencampuran bahan bakar B35 di Indonesia melalui penggunaan 12 juta ton biodiesel telah mampu mengurangi hingga 30 juta ton emisi gas rumah kaca. Sekaligus menghemat devisa sebesar Rp 160 triliun dari pengurangan impor bahan bakar fosil. Sementara kelapa sawit sendiri adalah tanaman penghasil minyak nabati paling produktif dan efisien. “Saat Indonesia mencoba tingkat pencampuran biodiesel yang lebih tinggi, kami dari sektor industri siap mendukungnya lewat solusi pasokan yang berkelanjutan,” terang Jesslyne. Hal yang selama ini diupayakan melalui budidaya berbasis pendekatan sirkular, peremajaan tanaman, serta pendampingan melekat atau dikenal sebagai inclusived closed loop. Langkah ini mempertemukan para pekebun, perusahaan pembeli selaku pendamping, koperasi, dan dukungan skema keuangan. “Dengan dukungan lintas sektor berikut kerangka investasi yang tepat, potensi kelapa sawit dapat kita optimalkan untuk menjawab isu ketahanan pangan, energi, kesejahteraan serta mitigasi perubahan iklim lewat dekarbonisasi,” imbuh Jesslyne. Chief Sustainability & Communications Officer Sinar Mas Agribusiness and Food, Anita Neville menambahkan pentingnya ekosistem yang mendukung berupa kebijakan pemerintah dan dukungan finansial yang memadai, serta inovasi teknis untuk mencapai tujuan nol emisi. Menurut dia, CPO melalui biodiesel dan pembangkit energi berkelanjutan dapat berkontribusi dalam upaya dekarbonisasi. Strategi dekarbonisasi pilar usaha Sinar Mas ini telah dipaparkan dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 yang berlangsung pekan lalu. Termasuk strategi dari Asia Pulp and Paper (APP) yang merupakan pilar usaha industri kertas Sinar Mas.
Baca Juga: Sinar Mas Land Tampilkan Konsep Baru New Tower SOHO Signature di Upper West BSD City Chief Sustainability Officer APP Group, Elim Sritaba menyatakan upaya melakukan dekarbonisasi telah berlangsung sejak tahun 2018. Berbagai diskusi dengan lintas pemangku kepentingan telah menghadirkan Sustainable Roadmap Vision atau Peta Jalan Keberlanjutan: Visi 2030. Dari target pengurangan emisi karbon hingga 30% pada tahun 2030, APP Group telah mampu melakukan pengurangan hingga 13%. APP Group melalukan investasi dalam penggunaan teknologi yang mampu mengurangi emisi, memaksimalkan pemanfaatan ulang limbah produksi, serta pemantauan dan pengukuran capaian peta jalan yang mumpuni. "Seluruhnya membutuhkan investasi tersendiri. Di sini kolaborasi dapat menjembataninya dengan ketersediaan skema keuangan hijau, maupun relaksasi berupa insentif bagi sektor industri yang ramah lingkungan,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari