KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberadaan bank digital di industri perbankan tanah air kian bermunculan. Berbagai strategi rasa-rasanya dibutuhkan bagi para pemain ini memperebutkan potensi pangsa pasar bank digital ini. Pangsa pasar bank digital yang memiliki potensi besar tercermin dari langkah investor asal Korea Selatan, Kakao Bank, yang mengakuisisi PT Super Bank Indonesia Tbk (Superbank). Ditambah, populasi
unbanked dan
underbanked di Indonesia masih sekitar 81% dari total populasi. Sebagai informasi, Nilai transaksi perbankan digital di 2022 meningkat 28,72%
year-on-year menjadi Rp 52.545,8 triliun. Sementara itu, angka tersebut diproyeksikan tumbuh 22,13% menjadi Rp 64.175,1 triliun pada 2023.
Meski demikian,
Chief Business Officer Superbank Sukiwan melihat sejatinya bahwa yang terjadi di industri saat ini bukanlah kompetisi antar bank digital, melainkan kompetisi dalam industri perbankan secara luas.
Baca Juga: Bank BTN Gencar Jaring Potensi Bisnis di Sumatera Utara Bukan tanpa alasan, produk dan layanan perbankan pada umumnya menawarkan hal yang serupa. Menurutnya, hal yang membedakan tiap bank digital adalah bagaimana cara beradaptasi dan berinovasi dengan cepat untuk menyediakan solusi keuangan, pelayanan, dan
user experience yang terbaik bagi nasabah. “Sebagai pemain baru dalam perbankan digital, fokus Superbank saat ini adalah menyediakan tiga produk keuangan dasar bagi konsumen, yakni tabungan, layanan pembayaran, dan pinjaman,” ujar Sukiwan dikutip dalam keterangan resmi, Senin (23/10). Sementara itu, Sukiwan juga menyadari kepercayaan merupakan hal fundamental bagi perbankan. Untuk sukses dan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, sebuah bank digital juga perlu didukung oleh ekosistem dan pemegang saham yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Ia optimistis Superbank memiliki para pemegang saham yang kuat, memiliki pengalaman dan keahlian di bidang teknologi dan perbankan, serta keuangan yang sehat. Dengan dukungan dari ekosistem grup Emtek, Grab, Singtel, dan KakaoBank, pihaknya yakin dapat tumbuh dan melayani masyarakat di Indonesia. “kepercayaan terhadap
brand sebuah bank akan dipengaruhi oleh reputasi para pemegang saham dari bank tersebut,” paparnya. Lebih lanjut, ia juga menilai regulasi merupakan salah satu faktor pendorong utama di balik pertumbuhan perbankan digital di Indonesia. Sukiwan melihat peran dan dukungan regulator amat penting bagi pertumbuhan industri perbankan digital di Tanah Air.
Baca Juga: Bank-Bank KBMI II Optimistis Capai Target Pertumbuhan Kredit hingga Akhir Tahun Dalam beberapa tahun terakhir, dukungan yang diberikan regulator khususnya terlihat dari peraturan-peraturan baru yang dikeluarkan untuk mendukung pelayanan perbankan digital. ”Regulasi yang mendukung tidak hanya akan membantu bank-bank digital meningkatkan skala bisnis, tapi juga mengurangi beban yang dapat menghambat kinerja mereka baik dari segi aturan maupun finansial,” tutup Sukiwan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari