KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (
TELE) masih fokus melunasi kewajiban membayar utang pada kreditur dengan total nilai Rp 4,3 triliun. Sebagai informasi, TELE telah menyetujui restrukturisasi utang melalui perjanjian homologasi yang telah disetujui oleh pada kreditur pada 4 Januari 2021. "Dari total tersebut, memang kami sudah mulai membayar cicilan. Hingga kini yang baru kami bayar bunga saja dari total utang yang direstrukturisasi senilai Rp 4,3 triliun," jelas
Corporate Secretary TELE, Semuel Kurniawan kepada Kontan.co.id saat ditemui di Jakarta, Kamis (30/6).
Semuel melanjutkan, TELE juga menyepakati untuk mencicil pembayaran hingga jangka waktu 10 tahun, dari yang awalnya hanya 1 sampai dengan 2 tahun. Dia menambahkan, TELE terus berupaya mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kewajiban kepada para vendor dan operator. Hal ini dilakoni dengan mendalami fokus pada bisnis digital.
Baca Juga: Gelar RUPST, Tiphone Mobile (TELE) Absen Bagikan Dividen dan Berganti Nama Pada kuartal I-2022, TELE mencatat peningkatan pendapatan mencapai 156,87% menjadi Rp 744,53 miliar dari pendapatan yang dicetak pada periode yang sama tahun 2021 di Rp 289,84 miliar. Perusahaan ini juga berhasil memangkas rugi bersih menjadi Rp 20,235 miliar, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 22,992 miliar. Semuel menyatakan, hal ini didorong berkat peningkatan penjualan voucher. "Kami berusaha menjaga pertumbuhan
revenue yang terjadi di kuartal I-2022. Kami optimistis tren pertumbuhan ini terus berlanjut hingga akhir tahun 2022. Kami melihat bisnis digital, seperti voucher elektronik akan menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan. Apalagi di masa seperti sekarang ini," urainya. Ia mengatakan, gambaran kinerja pada semester I 2022 pun tidak jauh berbeda dengan kontribusi penjualan di kuartal I-2022 yang didominasi oleh penjualan voucher elektronik.
TELE melanjutkan pihaknya masih menggodok target pertumbuhan pendapatan dan perbaikan di kolom kerugian tahun ini. Dengan demikian, pihaknya belum bisa membuka gambaran angkanya. Sementara mengenai capex, Semuel mengaku pihaknya tidak menyediakan alokasi dana secara khusus mengingat infrastruktur yang disiapkannya adalah berupa sistem jaringan. "Kami mungkin lebih kepada
digital capital mengingat infrastruktur yang dibutuhkan adalah jaringan. Kami juga terbuka dengan berbagai peluang bisnis, terbuka pula dengan berbagai rekan bisnis," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari