KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran pinjaman di industri
fintech P2P
lending mengalami peningkatan. Terbaru, per Mei 2020 pinjaman yang telah disalurkan mencapai Rp 15,56 triliun. Angka ini naik 168,70% yoy. Kendati begitu, Tingkat Keberhasilan 90 Hari (TKB90) masih terbilang stabil. Pasalnya, OJK mencatat TKB-90
fintech mencapai 94,90%. Namun, seiring meningkatnya jumlah penyaluran pinjaman, tak menutup kemungkinan TKB
fintech ikut berimbas.
Baca Juga: Fintech dorong pengembangan open banking di sistem pembayaran Mengantisipasi hal ini, PT Mitrausaha Grup alias Modalku mengambil langkah untuk menerapkan
responsible lending sebagai bentuk mitigasi resiko perusahaan.
Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya menyebutkan, prinsip ini merupakan salah satu asas Modalku dalam melakukan penilaian terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sekaligus melihat kemampuan finansial
borrower dalam melunasi pinjaman. “Tak sampai di situ, antisipasi lain untuk mencegah
default juga kami lakukan, yakni melalui
assessment, monitoring dan
collection.
Assessment dilakukan secara menyeluruh saat pengajuan pinjaman, ini bertujuan untuk memastikan
borrower memiliki kemampuan untuk melunasi pinjamannya. Setelah mendapatkan pinjaman, kami akan melakukan monitoring secara rutin, dengan berkomunikasi secara regular dengan
borrower. Selanjutnya, ketika
borrower terlambat dalam membayar, Modalku akan mencari solusi pemenuhan kewajiban melalui akativitas
collection,” ujar Reynold kepada Kontan (22/7).
Lanjut ia, untuk menjaga TKB-90 smapai akhir tahun nanti, pihaknya terus melakukan pemantauan sekaligus mitiigasi risiko. Disamping itu, secara rutin pihaknya turut melakukan diskusi dengan
borrower guna mendukung kelangsungan perkembangan bisnis
borrower. Baca Juga: Ikuti tren investasi emas, Koinworks hadirkan fitur KoinGold “Sampai saat ini TKB-90 Modalku di Indonesia 98,48%, atau masih di bawah 1%. Ke depan tentu kami berharap bisa menjaga NPL agar dapat stabil sampai akhir tahun. Oleh karenanya, Modalku akan terus memantau angka NPL dan tak henti melakukan mitigasi risiko, guna menekan pertumbuhan NPL,” tambahnya. Reynold bilang, langkah lanjutan untuk memantau sekaligus mengelola risiko pada portofolio perusahaan, ke depan pihaknya akan melakukan seleksi yang lebih comprehensif terhadap
borrower, serta menyesuaikan limit dan tenor pinjaman yang dilakukan berdasarkan kasus per kasus.
Editor: Tendi Mahadi