KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan modal ventura pada Maret 2024 sebesar Rp 16,79 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman mengatakan nilai tersebut terkontraksi sebesar 10,18%
Year on Year (YoY). "Adapun pembiayaan modal ventura pada Maret 2023 sebesar Rp 18,69 triliun," ucapnya dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (13/5).
Vice President of Investments MDI Ventures, Aldi Adrian Hartanto mengatakan, pihaknya melihat tren pendanaan modal ventura secara umum masih belum
rebound dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Kami melihat banyak investor yang masih
wait and see dengan perkembangan ekonomi dan geopolitik dunia ke depan mengingat ada banyak katalis yang terjadi seperti perang di Gaza, pemilu serentak di lebih dari 40 negara, dan suku bunga yang belum turun," kata Aldi kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5).
Baca Juga: Pembiayaan Modal Ventura Turun pada Awal Tahun 2024, Begini Kata Amvesindo MDI Ventures pun juga
wait and see terhadap keadaan makro yang masih bergejolak. Untuk itu, di tahun ini MDI Ventures tidak memiliki target dari sisi jumlah pendanaan yang ingin digelontorkan, karena ingin berfokus pada Quality over Quantity. "Kami saat ini sedang mempertajam "
Due Diligence" dan proses kami untuk dapat menyesuaikan dengan dinamika ekonomi saat ini. Serta menguatkan strategi dan implementasi portfolio management serta
value creation kepada investees kami setelah dilakukan investasi," tuturnya. Kemudian CEO PT BNI Modal Ventura atau BNI Ventures (BNV) Eddi Danusaputro memiliki pandangan yang sama, ia menyebut sektor modal ventura ini terimbas dari gejolak makro, geopolitik, dan suku bunga yang tinggi. "Jadi mirip dengan sektor jasa keuangan lain, sektor modal ventura kena imbas juga. Hal ini juga membuat investor jadi lebih selektif dalam penyalurannya," kata Eddie kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5). Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyampaikan penurunan dalam pembiayaan modal ventura mencerminkan ketidakstabilan ekonomi global dan dipengaruhi oleh kinerja saham di sektor teknologi dan lainnya. "Hal ini berdampak langsung pada keputusan investasi serta secara tidak langsung memengaruhi kepercayaan investor di pasar ventura," kata Edward kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5). Menurutnya, saat ini fokus pembiayaan telah bergeser ke startup atau perusahaan yang menunjukkan tingkat profitabilitas dan arus kas yang sehat. Tren yang sebelumnya mendominasi pasar dengan strategi "bakar uang" untuk pertumbuhan cepat kini mulai ditinggalkan.
Baca Juga: Begini Strategi East Ventures untuk Investasi Berkelanjutan Lebih lanjut, Edward melihat kesempatan untuk pertumbuhan yang agresif dan berkelanjutan bagi startup saat ini terletak pada kolaborasi, terutama dengan korporasi atau perusahaan yang sudah mapan, memiliki pasar, pasokan, dan ekosistem yang solid. Kerja sama ini memungkinkan percepatan dalam strategi
go-to-market dengan biaya yang lebih efisien.
Kondisi yang sama ternyata juga terjadi pada Februari 2024, Agusman menerangkan pembiayaan modal ventura terkontraksi 9,35% YoY dengan nilai pembiayaan sebesar Rp 16,49 triliun. Adapun nilai aset modal ventura pada Maret 2024 sebesar Rp 26,34 triliun. Nilai itu terkontraksi 5,62%, jika dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 27,91 triliun. Sementara itu, OJK mencatat Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berhasil menyalurkan pinjaman pada Desember 2023 sebesar Rp 1,01 triliun. Adapun nilai itu meningkat 6,31%, jika dibandingkan posisi pada Desember 2022 sebesar Rp 0,95 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .