KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengakui, ada sejumlah tantangan besar yang akan dihadapi industri batubara di tahun depan. Salah satunya adalah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pernyataan APBI ini sejalan dengan prediksi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahwa dalam dua tahun ke depan, Indonesia akan menghadapi pertandingan kurs mata uang asing. Hal tersebut dipicu oleh kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Persoalan ini akan berimbas pada bunga dolar yang semakin menantang serta ke fluktuasi mata uang rupiah terhadap dolar AS.
Direktur Eksekutif APBI Hendra SInadia menyatakan, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS akan berdampak terhadap meningkatnya biaya produksi dan utang perusahaan batubara. “Sebagian besar komponen biaya produksi terutama bahan bakar dan impor suku cadang peralatan berat mengalami peningkatan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/12).
Baca Juga: Pelaku Usaha Batubara Minta Dilibatkan dalam Pembahasan Tarif Pungutan BLU Adapun biaya produksi juga terus meningkat dampak dari kenaikan tarif royalti baik bagi pemegang IUPK maupun IUP. Maka itu, Hendra juga meminta adanya perbaikan dari pihak pengguna batubara terutama dalam hal pengadaan logistik. Tantangan besar lainnya yang dihadapi di 2023 selain peningkatan biaya produksi adalah disparitas atau semakin melebarnya indeks-indeks harga jual batubara Indonesia dengan indeks-indeks batubara Australia. Hal ini membuat HBA yang terbentuk menjadi tidak relevan dengan harga jual aktual batubara Indonesia. Hendra menjelaskan, kondisi ini sudah terjadi sejak Juni 2021 sehingga perusahaan membayar kewajiban tarif royalti yang lebih tinggi karena bukan berdasarkan atas harga jual riil. Dalam hal ini pelaku usaha mengusulkan agar formula Harga Batubara Acuan (HBA) dan Harga Patokan Batubara (HPB) dikaji kembali. “Supaya HBA/HPB bisa lebih merefleksikan harga jual batubara Indonesia. Dalam aturan yang berlaku saat ini, formula HPB dapat ditinjau kembali,” tandasnya. Di balik tantangan yang besar, peluang industri batubara juga masih cukup menjanjikan. Secara umum, naik turunnya harga batubara merupakan hal yang biasa. Meski tren harga dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan penurunan, namun dia menilai harga masih di level yang kuat.
Baca Juga: Harga Batubara Diproyeksi Melandai di 2023, Intip Rekomendasi Saham UNTR Di 2023 pembeli strategis batubara masih dari negara-negara seperti Tiongkok, India, dan negara lainnya. “Sebanyak 98% ekspor kita ke negara-negara Asia,” jelas Hendra. Namun dia tidak menampik, diperkirakan permintaan batubara akan tertekan karena dipengaruhi kondisi ekonomi dunia yang di ambang resesi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari