KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten baja memasang target optimistis tahun ini. Sejumlah katalis seperti membaiknya pasar dalam negeri hingga peluang ekspor melatarbelakangi target ini. Sekretaris Perusahaan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP) Johannes Edward mengatakan, ISSP menargetkan mampu meraup laba bersih hingga Rp 490 miliar, dengan pendapatan bersih Rp 5 hingga Rp 5,5 triliun tahun ini. Sebagai gambaran, tahun lalu ISSP membukukan laba bersih senilai Rp 175,82 miliar dengan pendapatan sebesar Rp 3,77 triliun.
“Kami cukup optimistis akan tercapai, karena penjualan sampai Agustus ini cukup baik,” terang Johannes kepada Kontan.co.id, Rabu (15/8). Optimisme ini juga berangkat dari menggeliatnya pasar ekspor. Mayoritas tujuan ekspor dilempar ke pasar Kanada dan Amerika Serikat, karena dua negara ini bisa menyerap harga yang sangat tinggi. Johannes menyebut, pada saat ini peluang untuk kedua area tersebut cukup bagus.
Baca Juga: Simak langkah Krakatau Steel (KRAS) maksimalkan laju bisnis di sisa tahun ini “Tentunya kami juga akan terus mengembangkan pasar misalnya ke Eropa dan Timur Tengah,” sambung dia. Tahun ini, emiten dengan nama beken Spindo ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 50 miliar-Rp 60 miliar dan hingga saat ini sudah terserap sekitar 40%. ISSP menargetkan capex bisa terserap penuh tahun ini. Saat ini ISSP masih menyelesaikan program ekspansi yang sudah ditetapkan, yaitu membuka kantor perwakilan dan depo. Sementara itu, emiten baja lainnya, PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS) membentuk subholding Krakatau Baja Konstruksi untuk meningkatkan nilai. Subholding ini terdiri dari PT Krakatau Wajatama, PT KHI Pipe Industries, PT Krakatau National Resources, termasuk di dalamnya PT Krakatau Niaga Indonesia. Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan, subholding Krakatau Baja Konstruksi ini merupakan subholding kedua setelah sebelumnya telah dibentuk Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur di bulan Juni 2021. Subholding ini memiliki beberapa fasilitas produksi, di antaranya pabrik baja tulangan dan baja profil dengan kapasitas 300.000 ton per tahun, produk wire rod 500.000 ton per tahun, dan produk pipa baja sebesar 230.000 ton per tahun. Subholding Krakatau Baja Konstruksi juga bergerak di bidang trading dan distribusi besi dan baja, yang mana hal ini mendukung pemasaran dan pengembangan bisnis baja hilir yang sudah dilakukan dan sebelumnya telah meluncurkan 9 produk baja hilir sejak tahun 2020. Dari sisi kinerja, Subholding Krakatau Sarana Infrasruktur mencatatkan penjualan sebesar Rp2,4 triliun dengan perolehan laba bersih sebesar Rp348 miliar dan kinerja Subholding Krakatau Baja Konstruksi mencatat nilai penjualan sebesar Rp3,4 triliun dan laba bersih sebesar Rp 111,9 miliar sampai dengan Agustus 2021. Silmy berharap, dengan kinerja yang baik ini, kedua subholding dapat memberikan kontribusi positif bagi kinerja KRAS. Kinerja KRAS juga ditopang oleh strategi restrukturisasi. Silmy mengatakan, Krakatau Steel berhasil melakukan restrukturisasi utang pada tahun 2020 yang pada saat itu menjadi restrukturisasi terbesar di Indonesia dengan jumlah Rp 29 triliun.
Baca Juga: Tahun lalu merugi, Gunung Raja Paksi (GGRP) cetak laba di semester I 2021 Melalui restrukturisasi utang, emiten baja pelat merah ini dapat menurunkan total beban bunga utang selama sembilan tahun dari Rp 12,3 triliun menjadi Rp 6,7 triliun, sehingga total penghematan yang didapat dari restrukturisasi utang tersebut adalah sebesar Rp 9,9 triliun.
“Di kuartal IV- 2021 restrukturisasi utang Krakatau Steel akan berkurang sebesar Rp2,9 triliun,” terang Silmy, Rabu (15/9). Emiten baja lainnya, PT Gunung Raja Paksi Tbk (
GGRP) juga terus mengembangkan penjualan di mancanegara. Selama ini, beberapa negara yang telah menjadi tujuan ekspor GGRP antara lain Kanada, Malaysia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. “Untuk ekspor, target kami setidaknya sama seperti tahun lalu, yaitu sekitar 5% dari total penjualan bersih perusahaan," terang Presiden Direktur GGRP, Abednedju Giovano Warani Sangkaeng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi