KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada beberapa jenis cara yang dilakukan oleh emiten untuk meraih pendanaan baru, seperti
rights issue, obligasi, dan penerbitan saham baru tanpa HMETD alias
private placement. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai akhir Februari 2019, nilai emisi
rights issue sepanjang 2019 sebesar Rp 5,5 triliun, sedangkan nilai obligasi sebesar Rp 14,02 triliun. Pada tahun lalu, nilai emisi
rights issue sebesar Rp 500 miliar dan obligasi sebesar Rp 21,27 triliun.
Data tersebut belum termasuk pendanaan dari penerbitan saham baru tanpa HMETD alias
private placement. Lantas, bagaimana tren pendanaan emiten beberapa waktu ke depan? Analis Reliance Sekuritas Kornelis Wicaksono berpendapat, dengan merujuk kepada data OJK di atas, terlihat adanya kenaikan yang drastis baik untuk penerbitan
rights issue maupun obligasi. Kornelis berujar, hal tersebut terjadi karena saat ini suku bunga cenderung tinggi sehingga mengurangi minat emiten untuk mencari dana lewat obligasi. "Jika lewat
rights issue perusahaan hanya perlu menawarkan ke pemegang saham
existing, meskipun risikonya pendanaan tidak maksimal karena tidak semua saham ditebus," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3). Kornelis menilai, untuk saat ini, penerbitan
rights issue lebih menarik untuk dilakukan. "Karena suku bunga masih tinggi,
rights issue lebih menarik karena tidak membebani perusahaan secara finansial," imbuhnya. Sementara, analis Phitraco Sekuritas Valdy Kurniawan berpendapat, meningkatnya pendanaan lewat right issue dan obligasi pada tahun ini mengindikasikan adanya optimisme pasar terhadap perbaikan kinerja emiten. Hal tersebut, ujar Valdy, seiring dengan
outlook ekonomi indonesia relatif lebih positif di tahun ini. "Hal ini berdampak pada
confidence investor untuk merealisasikan hak
rights-nya," ujar Valdy kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3). Mengenai jenis pendanaan yang lebih menarik untuk dilakukan emiten saat ini, Valdy berpendapat, pemilihan pendanaan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan perusahaan. "Kondisi finansial terkini juga menjadi pertimbangan," tambahnya. Valdy bilang, tren pendanaan pasar modal ke depan akan mengarah ke penerbitan surat utang dan
rights issue.
"Kalau secara historis, surat utang relatif akan lebih banyak. Terlebih tingkat sukubunga acuan diperkirakan lebih stabil tahun ini. Namun demikian, potensi penerbitan
rights juga cukup besar, mengingat
outlook ekonomi yang lebih baik di tahun 2019 ini. Mungkin penerbitan
rights akan meningkat nanti di semester II-2019, atau setelah pelaksanaan Pemilu serentak 2019," jelasnya. Sementara, Kornelis mengatakan, kemungkinan tren pendanaannya akan lebih banyak
rights issue terlebih dahulu. Disusul penerbitan obligasi jika suku bunga turun. "Hal ini melihat pendapat Fitch baru-baru ini yang memperkirakan akan ada penurunan suku bunga di tahun ini untuk menjaga inflasi terkait pemilu," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi