KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan di sektor pangan terus berlanjut. Setelah El-Nino pergi, Indonesia akan dihadapkan dengan badai La Nina atau musim hujan ekstrem. Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiriani mengakui anomali cuaca ini akan berpengaruh pada ketersedian pasokan utamanya produk hortikultura. Untuk itu pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah strategis agar kondisi ini tidak berdampak juga pada peningkatan harga pangan.
Baca Juga: La Nina Datang, Produksi Cabai, Bawang Merah Hingga Tomat Akan Terganggu "Strategi utamanya tetap sama menjaga ketersediaan pangan dalam negeri antar waktu antar wilayah," kata Rachmi pada Kontan.co.id, Minggu (24/3). Dalam kondisi seperti ini, pihaknya bekerja sama dengan instansi terkait untuk melakukan manajemen air, rekayasa lingkungan, penyediaan input dan teknologi untuk memastikan petani tetap bisa berproduksi. Berikutnya, penguatan logistik pangan melalui penguatan daya dukung penyimpanan dan penyebaran stok dari daerah surplus ke daerah defisit. "Untuk komoditas yang harus diimpor seperti bawang putih dan kedelai dipercepat kedatangannya dan dikelola sebagai stok," jelas Rahmi. Dalam jangka menengah panjang, akan dilakukan adaptasi teknologi budidaya dan teknologi penyimpanan yang tepat untuk membantu menyelamatkan produk hortikultura. Sehingga, saat petani produktivitasnya menurun karena anomali cuaca ini, pemerintah masih memiliki cadangan stok dari produktivitas normal untuk didistribusikan ke seluruh wilayah.
Baca Juga: Hadapi La Nina, Harga CPO Masih Bisa Terangkat Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena El-Nino akan segera menuju netral, pada periode Mei-Juli 2024.
Berakhirnya El-Nino, lanjut BMKG, bakal digantikan oleh kehadiran La Nina dalam skala rendah, pada periode Juli-September 2024. Potensi La Nina ini akan berdampak pada sektor pertanian, utamanya jenis komoditas hortikultura. "Bagi padi mungkin jadi lebih baik. tapi hortikultura kalau curah hujan berlimpah tentu akan berdampak," ulas Koordinator Bidang Analis Variabilitas Iklim BMKG, Supari (21/3) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .