KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi yang berlarut membuat industri perbankan tidak bisa meraup untung dari bunga seiring kredit masih loyo dan tren suku bunga yang menurun pada tahun lalu. Kini, penyaluran kredit mulai naik, perbankan berharap bisa mempertahankan margin bunga bersih atau net interest income (NIM) agar tetap optimal. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk misalnya mencatatkan perbaikan NIM dari 4,5% di akhir tahun 2020 yang lalu menjadi 4,9% pada kuartal pertama 2021. Pencapaian itu diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2% year on year (yoy) menjadi Rp 559,33 triliun. “Kami telah mempertimbangkan kondisi dan proyeksi perekonomian ke depan, kami sampaikan bahwa kredit akan kami dorong untuk tumbuh pada kisaran 6% hingga 9%. Dengan ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh pada kisaran 3% hingga 5%, serta memperkirakan NIM akan tumbuh pada kisaran 4,6% sampai 4,8%,” papar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar secara virtual pada pekan lalu.
Guna mencapai target itu, BNI akan meningkatkan kualitas kredit melalui perbaikan manajemen risiko. Juga meningkatkan digital capability dalam memenuhi kebutuhan nasabah. Selain itu meningkatkan dana murah atau CASA dan pendapatan komisi melalui peningkatan transaksi. Baca Juga: Tahun ini, perbankan bertekad pertahankan margin bunga bersih (NIM) Bank berlogo 46 ini, memproyeksikan kredit bisa tumbuh 6% hingga 9% sepanjang 2021. Royke menyatakan guna mencapai target itu, BNI melihat berbagai sektor potensial. Pertama, sejalan pengendalian Covid-19 dengan PEN dan Vaksin, maka sektor jasa kesehatan cukup prospektif, karena sekarang ini, pemerintah banyak support untuk perbaikan jasa kesehatan. Sehingga Royke menilai dalam kondisi Covid-19, jasa kesehatan dan sosial jadi andalan untuk tumbuh tinggi.