KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah emiten terancam mengalami penghapusan pencatatan alias
delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Kontan.co.id mencatat, setidaknya ada 39 perusahaan yang terancam didepak dari bursa. Namun, sejumlah emiten yang berpotensi
delisting ini masih berupaya untuk memperbaiki kinerja, hingga berharap lepas dari jeratan suspensi. Misal, PT Sky Energy Indonesia Tbk (
JSKY) yang sampai saat ini masih terus mengupayakan penyelesaian laporan keuangan. “Kami sudah ada beberapa kali pembicaraan dengan pihak BEI bahwa penyebab
suspend saham JSKY adalah karena keterlambatan laporan keuangan,” terang Direktur Utama JSKY Jung Fan kepada Kontan.co.id, Selasa (13/2).
Adapun penyebab keterlambatan penyampaian laporan keuangan JSKY adalah masa pergantian manajemen baru. Jung Fan menyebut, manajemen lama tidak membuat serah terima pekerjaan. Ditambah, hampir seluruh staf JSKY mengundurkan diri “Jadi kami kehilangan data,” sambung dia.
Baca Juga: Delisting, 4 Emiten Akan Melakukan Buyback Saham Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengingatkan kembali potensi
delisting saham JSKY pada Februari 2024. Saham JSKY telah disuspensi selama 18 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 1 Agustus 2024 mendatang. JSKY akan berfokus pada penjualan solar panel kepada pelanggan
existing yang didapatkan tahun lalu. JSKY juga akan berfokus pada pasar ekspor dan
product custom. Terakhir, JKSY akan melakukan beberapa sertifikasi produk untuk memperluas dan mendapat kepercayaan lebih dari pelanggan maupun calon pelanggan. Namun, Jung Fan mengaku masih belum bisa melihat arah pasar energi baru terbarukan (EBT) tahun ini. Karena kemungkinan banyak pihak masih berfokus pada agenda pemilu. “Semoga saja pemimpin baru membawa program yang lebih menguntungkan untuk industri EBT dalam negeri,” tutup dia.
Baca Juga: Begini Strategi Bisnis HK Metals Utama (HKMU) yang Terancam Delisting Emiten terancam
delisting lainnya, yakni PT Danasupra Erapacific Tbk (
DEFI) juga telah memiliki rencana bisnis untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagai perusahaan holding, DEFI berencana membentuk subholding investasi yang secara khusus akan berfokus pada kegiatan investasi di berbagai industri. Direktur Utama DEFI Irianto Kusumadjaja merinci, industri-industri yang menjadi target investasi dari subholding ini antara lain industri media bidang
broadcasting, produksi video dan film, industri
financial technology, serta industri
hospitality bidang
food and beverage dan hotel. Irianto menjabarkan, di bidang industri media,
broadcasting, production house & film, DEFI bersama dengan
brand Media Indonesia akan mendirikan perusahaan
broadcasting & production house yang telah siap menindaklanjuti beberapa kontrak kerja sama di awal tahun 2024 ini. Diharapkan, investasi di bidang media dapat memberikan imbal keuntungan yang cepat bagi DEFI dengan berbagai potensi pengembangan bisnis yang ada.
Baca Juga: Sejumlah Saham Terancam Delisting dari BEI, Cermati Beberapa Kesamaan Emiten Tersebut DEFI melihat peluang pasar yang cukup tinggi dan masih akan terus berkembang dan menjanjikan di Industri media. Sehingga kemungkinan besar dapat membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dalam waktu dekat. Untuk investasi di bidang industri
hospitality, DEFI melihat prospek industri makanan dan minuman yang bisa bertumbuh ke depan, karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini menjadikan
industry food & beverages (F&B) sebagai sektor yang relatif stabil dan berpotensi menghasilkan pendapatan yang konsisten. Pertimbangan lainnya adalah DEFI melihat industri F&B juga memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor lain, seperti pariwisata, pertanian, perikanan, dan industri kreatif. Dengan masih terbuka lebarnya peluang usaha dalam industri ini, DEFI tertarik untuk melakukan investasi tersebut dan meyakini bahwa investasi pada industri F&B akan memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan. “Selanjutnya, kami akan segera melakukan investasi di bidang F&B ini agar realisasi investasi dapat segera dilakukan, serta rencana
soft opening salah satu investasi F&B ini dapat dilakukan di bulan April 2024 sesuai rencana,” tulis Irianto.
Baca Juga: Hengkang dari BEI, Onix Capital (OCAP) Mulai Periode Buyback Saham Sementara untuk investasi di bidang Financial Technology, DEFI melihat adanya berbagai peluang terkait dengan layanan
remittance berbasis aplikasi, ekspansi global dan pembayaran
cross border, kemajuan dalam keamanan dan
anti fraud, serta inovasi dalam biaya dan tarif. Sehingga, DEFI mempertimbangkan untuk fokus kepada
multi-currency wallet for global business. Di sektor ini, DEFI akan fokus pada
remittance dan
payment gateway. “Karena kedua bidang ini mampu memberikan keuntungan yang signifikan di masa yang akan datang,” kata Irianto. Adapun BEI telah mengumumkan potensi delisting saham DEFI pada awal Januari 2024. Potensi
delisting ini mengingat suspensi yang dialami saham DEFI yang sudah mencapai 24 bulan
Baca Juga: Disuspensi 18 Bulan, Saham Multi Agro Gemilang Plantation (MAGP) Terancam Delisting Sementara PT HK Metals Utama Tbk (
HKMU) menyampaikan adanya rencana perbaikan kondisi
going concern serta pemenuhan kewajiban keuangan Direktur Utama HKMU Muhamad Kuncoro mengatakan, pada Kuartal III dan kuartal IV-2025, HKMU akan tetap melakukan pemenuhan-pemenuhan dan kewajiban kepada regulator dan apa yang menjadi kewajiban sebagai perusahaan terbuka dengan maksimal dan sebaik-baiknya. HMKU masih mengupayakan kinerja keuangan yang membaik di tahun ini. Tetapi ada kendala yang dihadapi HKMU, yaitu imbas dari status pailitnya Ngasidjo Achmad selaku pendiri HKMU. Kondisi ini berdampak kepada status pinjaman dan jaminan pada para kreditur. Kuncoro menyebut, HKMU masih membutuhkan waktu untuk mengatasi hal tersebut.
Baca Juga: Sejumlah Saham Terancam Delisting, Bagaimana Nasib Duit Investor? Di sisi lain, dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar pada Januari 2024, belum ada pemegang saham yang bersedia menjadi pengendali HKMU. Komunikasi sebelum rapat telah dilakukan melalui surat tertulis kepada kandidat pengendali, tetapi juga belum ada yang bersedia. HKMU juga menyampaikan
update mengenai perkembangan proses restrukturisasi dan pembayaran utang. “Proses restrukturisasi masih berjalan dengan baik serta melakukan komunikasi dengan kreditur usaha dan kreditur bank,” ungkap Kuncoro, awal Februari ini. Saham emiten produsen baja ini ini telah disuspensi di pasar reguler dan pasar tunai selama 6 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada tanggal 3 Juli 2025. Saham HKMU pun terancam didepak
(delisting) dari BEI. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati