Begini upaya mengejar pertumbuhan ekonomi 5% tahun 2021 menurut ekonom BCA



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia telah mengalami resesi setelah dalam dua kuartal terakhir mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Hal ini disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang menghambat roda perekonomian dan konsumsi masyarakat. 

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan kinerja sektor riil pada dua bulan terakhir masih terlihat stagnan. Padahal sebelumnya sektor riil telah mengalami perbaikan yang cepat setelah penurunan terdalamnya pada kuartal II-2020.

David menilai, pemulihan ekonomi tahun depan akan sangat bergantung pada kecepatan distribusi vaksinasi Covid-19. 


"Seberapa cepat pemerintah bisa mengeksekusi vaksinasi Covid-18. Jadi kalau bisa selesai di semester I tahun depan harapannya akan mempercepat pemulihan di tahun depan. Kalau tertunda hingga semester II, lalu jumlah kasus Covid-19 tinggi, lalu kalau ada PSBB on dan off, tentupemulihan akan terkendala," jelas David dalam konferensi secara daring, Rabu (18/11). 

Baca Juga: Sri Mulyani beberkan tantangan bagi Indonesia untuk jadi negara maju di 2024

Bahkan ia memproyeksikan jika hal tersebut terjadi, maka pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya akan mencapai 0%. Artinya semakin jauh dari proyeksi pemerintah yang mencapai 5%. 

Terlebih lagi, jika tingginya kasus Covid-19 dan tarik ulur PSBB terjadi di DKI Jakarta yang memiliki porsi PDB sekitar 16%, hal ini akan memengaruhi prospek pemulian ekonomi di daerah lainnya. Sebab kontribusi DKI Jakarta dan kontribusi terhadap total tabungan atau dana pihak ketiga (DPK) nasional mencapai 55% yang ada di Jakarta.

Hal ini tentu akan mempengaruhi daerah-daerah lain, sebab pusat distribusi barang-barang berada di Jakarta. "Jadi jalau distribusi vaksin bisa selesai di semester I tahun depan, kita harap komoditas bisa pulih, dan aturan turunan omnibus law bisa selesai, sehingga pemulihan bisa mencapai 4 hingga 5% tahun depan," katanya. 

Selanjutnya: Indonesia resesi, bagaimana prospek pemulihan ekonomi di tahun depan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .