Beginilah kegelisahan karyawan BP Migas



JAKARTA. Wacana gonjang ganjing Mahkamah Konstitusi (MK) yang menganggap pelaksanaan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Usaha Minyak dan Gas (BP Migas) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945,  boleh jadi tak dimengerti oleh karyawan-karyawan BP Migas. Namun, mereka menjadi sangat mengerti akan permasalahan tersebut setelah dampak akhirnya adalah mereka terancam tidak mempunyai pekerjaan. Siang ini, Rabu (14/11), kantor BP Migas tampak lebih ramai dari biasanya. Kantor yang terletak di lantai 35, Wisma Mulia, Jakarta Selatan tersebut penuh dengan puluhan wartawan. Maklum saja, semenjak resmi divakumkan oleh MK Selasa (13/11), BP Migas menjadi pusat perhatian bak selebriti. Namun sayangnya, peliputan berbagai media terkemuka di Indonesia tersebut tak menjadi kebahagiaan bagi karyawan-karyawan BP Migas. Terang saja, lantaran kehadiran awak-awak media tersebut bukan untuk mengetahui kinerja BP Migas, melainkan untuk mengetahui nasib 1.200 karyawan BP Migas pasca pembubaran. "Nasib kami bagaimana. Kalau karyawan tetap jelas nasibnya. Kalau kita yang tidak tetap belum ada kepastian," tutur salah satu karyawan BP Migas kepada Kontan. Pria yang tidak mau disebutkan namanya tersebut memang sangat resah dengan pembubaran BP Migas yang terjadi pada Selasa kemarin. Tapi apa dikata, dirinya bukanlah orang pemerintahan yang dapat mengubah keputusan MK tersebut. Namun, dengan adanya penjelasan dari Kepala BP Migas R. Prijono pada hari ini, pria asal Wonosobo tersebut mengaku menjadi lebih tenang. Sebuah kelegaan yang memang luar biasa karena Prijono datang membawakan kabar gembira mengenai karyawan BP Migas secara keseluruhan baik kontrak ataupun tetap akan dibawa ke Kementerian ESDM. "Untuk sementara ini saya tenang. Saya di sini petugas security, karyawan penunjang dan baru dua tahun pula," imbuhnya lagi. Ia mengakui bahwa ia belum terpikirkan untuk mencari kerja di mana apabila seandainya ia tidak dipekerjakan di Kementerian ESDM. Pria berusia 40 tahun tersebut masih ingin terus optimistis bahwa dirinya akan masuk menjadi bagian dari karyawan ESDM. Tak hanya petugas security yang harap-harap cemas mengenai masa depan pekerjaannya, karyawan pantry BP Migas yang juga adalah karyawan penunjang pun turut deg-degan. "Pasti ketakutan mba," tutur petugas pantry bernama Nina tersebut. Semenjak diputuskan bubar pada Selasa kemarin, dirinya menuturkan pada hari ini ia masih bekerja seperti biasa, masuk pukul 8 pagi dan pulang pukul 5 sore. Namun untuk esok hari, ia belum tahu apakah ia akan masuk kerja seperti biasa atau tidak. "Semoga Kementerian ESDM juga turut mempekerjakan saya," harap Nina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.