BEI ajak 10 korporasi asing masuk bursa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap pasar saham bisa diramaikan oleh perhelatan initial public offering (IPO) dari beberapa perusahaan asing. BEI berambisi mengajak 10 perusahaan asing melego saham di bursa pada tahun ini.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, pihaknya membidik perusahaan asing yang 40% aset dan pendapatannya berasal dari Indonesia. Dari data yang dikumpulkan BEI, setidaknya ada 52 perusahaan asing yang berpotensi untuk listing di bursa saham. "Sudah seharusnya perusahaan-perusahaan asing tersebut listing di sini. Presiden juga meminta untuk terus mengejar mereka," kata Tito di Jakarta, Selasa (2/1). 

Dari 52 perusahaan tersebut, BEI sudah berdiskusi dengan tiga perusahaan di antaranya. Tito berharap, sepertiga dari perusahaan-perusahaan ini bisa IPO pada tahun ini dan tahun depan.  "Karena ada juga perusahaan yang 100% pendapatannya dari Indonesia tapi malah listing di luar negeri," imbuh dia. 


Tito mengatakan, BEI tetap berupaya agar Freeport Indonesia bisa melepas saham perdana ke publik. Perusahaan asing lainnya yang juga berpotensi untuk IPO yakni Petra Food. 

Petra Food merupakan produsen cokelat di Indonesia. Perusahaan ini memiliki portofolio merek seperti Silverqueen, Ceres, Delfi dan puluhan merek lainnya. "Freeport dan Delfi misalnya, pendapatan mereka banyak didapatkan dari Indonesia, maka sudah seharusnya mereka listing di Indonesia," kata Tito. 

Sebelumnya, Tito juga sempat menyebut kalau salah satu perusahaan perkebunan asing ingin melantai di bursa. Dari rumor yang beredar di kalangan pasar, First Resources Limited disebut- sebut akan IPO di BEI. Perusahaan kelapa sawit tersebut memiliki wilayah operasi di Sumatra dan Kalimantan.

Tak hanya itu, BEI juga mengajak beberapa perusahaan beraset besar untuk melakukan IPO. Di antaranya, perusahaan start up seperti Gojek, Grab, Bukalapak dan Tokopedia. 

Bila perusahaan-perusahaan ini berhasil IPO di bursa Tanah Air, nilai kapitalisasi pasar modal bakal terdongkrak. Tito yakin, dalam dua tahun ke depan, nilai kapitalisasi pasar modal bisa menembus Rp 10.000 triliun.  

Pasar masih menarik

William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas, mengatakan, iklim investasi di Indonesia masih cukup menarik. Apalagi, jumlah investor domestik masih sedikit. Jadi, masih banyak ruang pertumbuhan di masa mendatang. 

Selain itu, Indonesia juga memiliki bonus demografi berupa pertumbuhan generasi muda. Sehingga, pasar saham Indonesia menjadi tempat investasi yang menarik. "Bila perusahaan asing IPO, maka bursa juga akan lebih variatif," kata William.

Namun, dalam menghadapi momentum ini, regulator juga harus menyiapkan diri. Salah satunya dengan membuat regulasi-regulasi yang lebih menunjang iklim pasar modal. "Perusahaan asing pasti punya pertimbangan sendiri dalam IPO. Misal, sebagai bagian dari strategi perusahaan ataupun memanfaatkan momentum ekonomi," ujarnya. 

William optimistis, BEI bisa menarik perusahaan asing untuk melepas saham perdananya di bursa saham dalam negeri. Pasalnya, kini sudah makin banyak perusahaan yang mengerti pemanfaatan dana di pasar modal Indonesia. 

BEI juga sudah memberikan beberapa insentif dan kemudahan bagi perusahaan yang akan IPO. Tahun ini, BEI menargetkan minimal ada 35 IPO yang bisa terlaksana. "Proses IPO juga makin mudah," ujar William.

Ia menambahkan, saat ini makin banyak perusahaan rintisan yang memang membutuhkan akses pendanaan untuk tambahan modal. Karena itu, ia menilai, pasar modal masih akan jadi pilihan menarik untuk mendapatkan dana segar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati