BEI berencana membuat protokol krisis, ini kata analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia telah menyiapkan langkah-langkah tertentu untuk menghadapi kondisi pasar yang terus mengalami penurunan. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Bursa BEI Laksono Widodo menyiapkan beberapa langkah mulai dari pemantauan hingga penutupan bursa. Hal itu bisa saja dilakukan apabila indeks mengalami penurunan hingga 15%. 

“Kami sudah siapkan langkah masing-masing dan khusus, tergantung dari presentase penurunan yang terjadi,” kata Laksono kepada Kontan.co.id, Kamis (16/5).

Mengenai rencana itu, Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan apa yang dilakukan oleh BEI sudah tepat. Menurutnya, benar bahwa otoritas tidak harus langsung menutup perdagangan. Bila itu dilakukan, maka bukan tidak mungkin malah memunculkan preseden buruk.  “Karena sepanjang sejarah, seingat saya hanya sekali BEI menutup perdagangan yaitu ketika tahun 2008,” kata Teguh ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/5).


Teguh menjelaskan saat itu ada kondisi khusus dimana IHSG mengalami penurunan yang sangat curam. “Dari level 2700 hingga sekitar 1100. Penurunannya lebih dari 50% sendiri”, kata Teguh.

Pada waktu itu kondisi pasar bisa dikategorikan dalam kondisi market crash akibat dari krisis global yang diawali dengan krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Sedangkan untuk saat ini, Teguh menilai hal tersebut belum terlalu genting untuk dilakukan. 

“Karena kalau kita lihat secara lebih jelas, penurunan yang terjadi saat ini lebih bersifat pelan-pelan dan tidak langsung anjlok seperti pada waktu itu,” kata Teguh.

Teguh menyarankan ada baiknya BEI tidak hanya melihat penurunan yang terjadi dalam satu hari perdagangan saja, tapi lebih melihatnya secara akumulatif. “Karena kalau dilihat dari posisi tertinggi indeks sepanjang tahun yang berada di level 6600 dan sekarang sudah menyentuh 5900, BEI sebenarnya bisa melakukan antisipasi dari sebelum-sebelumnya,” jelas Teguh.

Bila ditilik lagi, secara akumulatif dalam sepekan, indeks sudah mengalami penurunan sebesar -4,44%.

Penutupan bursa memang dinilai bisa membuat pasar lebih terelaksasi. Namun sebelum sampai pada kondisi tersebut, ada hal lain yang menurutnya bisa dilakukan oleh otoritas. 

Ketika kondisi pasar sedang tidak baik seperti saat ini, hal yang dibutuhkan oleh para pelaku pasar adalah penjelasan yang komprehensif mengenai kondisi pasar. Hal tersebut bisa dilakukan sebagai bagian dari usaha otoritas untuk mencegah penurunan indeks lebih dalam. 

Menurutnya dengan kondisi seperti saat ini, para pelaku pasar cenderung rawan panik. Terlebih bila menimbang faktor pertukaran pesan via internet yang bisa bersirkulasi sangat cepat.

Ia juga menambahkan, akan lebih baik lagi bila otoritas terkait membentuk semacam tim yang bertugas melakukan verifikasi dan klarifikasi mengenai kabar pasar modal yang beredar di sosial media. “Karena hoax tidak hanya menyebar di politik, tapi juga di pasar modal,” tambah Teguh.

Hal senada juga dikatakan oleh analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas. Sukarno menilai otoritas pasar modal terkait perlu memuat statement tentang penjelasan yang komprehensif mengenai kondisi pasar. 

Apalagi sepanjang Mei, indeks sudah mengalami penurunan yang cukup dalam hingga 8,7% menuju level terendah. “Ya langkah (BEI) sudah dibilang oke. Tapi akan lebih komplit jika ada penjelasan mengenai kondisi ini,” kata Sukarno ketika dihubungi pada waktu yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi