KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap gelaran akan ada lebih banyak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melantai di BEI dengan skema penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO). Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman menyampaikan pihaknya berharap di pemerintahan baru ini, akan ada tambahan suplai, terutama dari perusahaan pelat merah dengan kapasitas IPO yang besar. Sempat beredar kabar, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) digadang-gadang masuk ke BEI pada 2023. Namun rencana tersebut harus kandas, lantaran Kementerian BUMN menilai kondisi pasar kurang menarik.
"Sampai saat ini di pipeline belum ada IPO BUMN, mungkin di 2025 mulai akan BUMN maupun anak BUMN lain yang bisa melantai seperti Pertamina, Inalum, PTPN bisa tercatat di BEI," jelasnya, Jumat (17/10). Baca Juga:
Update IPO Adaro Andalan: Dampak ke Kinerja Hingga Harga Saham ADRO Selain anak usaha PT Pertamina, Kementerian BUMN juga sedang menyiapkan PalmCo, perusahaan sawit gabungan dari sub holding PT Perkebunan Negara (PTPN) untuk bisa menggelar IPO. Berdasarkan kabar terakhir, Kementerian BUMN belum akan memaksakan PalmCo untuk IPO di tahun ini. Jika tidak ada aral melintang, perusahaan pelat merah itu ditargetkan untuk melantai di BEI pada 2025. Iman sendiri tidak mengetahui alasan pastinya mengapa Kementerian BUMN belum ada yang mendorong perusahaan untuk IPO. Nampaknya, Kementerian BUMN sedang wait and see dari gelaran pemilihan umum (pemilu). Untuk bisa mengakomodir hajatan IPO BUMN, Iman menyampaikan pihaknya sedang berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal ketentuan batas free float dan ukuran pelepasan saham. "Kami sedang berduksi dengan OJK, mungkin ada pengecualian untuk satu yang signifikan yang besar. Mungkin tidak perlu minimal
free float 10% dan ini yang sedang dihitung," ucap Iman. Pengamat Pasar Modal Indonesia Satrio Utomo menilai sebenarnya, daya serap IPO di pasar modal dalam negeri masih tinggi. Ini tercemin dari hajatan IPO, PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA). Untuk mengingatkan, BUKA melepas 25,7 juta saham di harga Rp 850 per saham. Dengan demikian, GOTO mengantongi dana segar Rp 21,9 triliun hanya melalui gelaran IPO. Gelaran IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) menjadi bukti daya serap pasar. GOTO berhasil meraup dana segar Rp 13,7 triliun dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 400,31 triliun.
Terlepas dari harga saham BUKA dan GOTO yang masih merosot dari harga IPO, Satrio menilai kemampuan pasar modal Indonesia sangat besar yang mampu menyerap gelaran IPO puluhan triliun. "Berkacamata dari listing GOTO yang sebesar itu, maka kalau Djarum, Freeport, PLN dan Pertamina mau mendorong anak usaha listing akan bagus," kata Satrio kepada Kontan. Dia menilai jika ada anak usaha PLN yang mau melantai akan menjadi angin segar bagi pasar. Ini mengingat belum ada satu pun anak usaha PLN yang menjadi perusahaan terbuka. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari