BEI ingin HMSP tingkatkan likuiditas



JAKARTA. Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sudah mulai diperhitungkan secara penuh dalam Indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI). Artinya, setiap pergerakan saham HMSP cukup berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ataupun indeks sektor konsumer.

Namun, saham HMSP tak banyak berpengaruh terhadap akitivitas transaksi harian lantaran likuiditasnya masih kecil dan harganya terlalu tinggi. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya berharap, HMSP bisa melakukan aksi korporasi lainnya yang bisa meningkatkan likuiditas perseroan.

Sebelumnya, saham yang beredar di publik (free float) HMSP hanya 2%. Kemudian, HMSP melepas sahamnya kembali ke publik dengan cara rights issue dan menjaring dana Rp 20,76 triliun. Aksi rights issue HMSP dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan minimum free float sebanyak 7,5%.


Namun, porsi publik yang ada saat ini pun masih belum banyak membuat saham HMSP banyak ditransaksikan di pasar. Pada perdagangan hari ini misalnya, saham HMSP naik 0,26% ke level Rp 95.250 per saham. Namun, volume transaksinya hanya 2.543 lot.

Menurut Alpino, HMSP adalah saham yang fundamentalnya cukup baik. Apalagi, setelah rights issue kapitalisasi pasar HMSP makin tinggi, dan menjadi yang terbesar di BEI dengan nilai Rp 442 triliun. Bobotnya terhadap IHSG mencapai 9,5%.

"Sayangnya kurang likuid sahamnya, jika dilihat lot size. Bid dan offer-nya sangat tipis," ujar Alpino di Jakarta, Selasa (16/12).

Ia mengatakan, nilai saham HMSP yang sangat tinggi membuat investor ritel sulit bertransaksi. Sehingga, saham HMSP lebih banyak ditransaksikan oleh investor asing ataupun institusi. Makanya, menurut Alpino, akan lebih menarik jika HMSP melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split.

"Stock split merupakan salah satu cara. Yang paling penting adalah menambah likuditas lagi. Karena akan lebih menarik apabila terjangkau investor ritel," ujarnya.

Namun Direktur Utama HMSP, Paul Janelle mengatakan, HMSP belum berencana melakukan aksi korporasi apapun dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie