BEI masih cermati perkembangan Express Transindo Utama (TAXI)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tercatat saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) masih digembok alias disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 22 Juni 2018 lalu. Hal ini lantaran TAXI melakukan penundaan pembayaran bunga obligasi ke-16 atas obligasi I TAXI tahun 2014.

Asal tahu saja, baru-baru ini TAXI sudah mencapai kesepakatan terkait restrukturisasi obligasi senilai Rp 1 triliun pada rapat umum pemegang obligasi (RUPO).

I Gede Nyoman Yetna, Direktur BEI mengatakan, tahapan monitoring bursa berikutnya adalah pada pelaksanaan rapat umum pemegang saham (RUPS) atas adanya penerbitan saham dari konversi obligasi yang adalah bagian dari restrukturisasi.


“Kami akan lihat perkembangan tahapan RUPS tersebut dan performa opersional serta performa keuangan,” ujar Nyoman, Senin (17/12). BEI belum bisa memberikan kepastian kapan suspensi TAXI akan dibuka.

Belum terangnya penyelesaian utang TAXI serta kinerja keuangan yang masih buruk menyebabkan para analis pun cenderung pesimistis memandang saham perusahaan transportasi darat tersebut.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, saham TAXI belum bisa prospektif sebab kinerja fundamental masih belum bagus. "Aksi korporasi seperti rencana buyback atau rights issue dibutuhkan untuk meningkatkan likuiditas harga saham TAXI," tambahnya.

Nafan merekomendasikan kepada investor saham TAXI untuk. "Tapi hold sampai di level Rp 83," tambahnya. Posisi terakhir saham TAXI pada 22 Juni 2018 adalah Rp 90 per saham.

Hampir serupa dengan pernyataan Nafan, Analis Panin Sekuritas William Hartanto, menyatakan bahwa sulit melihat perkembangan emiten ini kecuali ada kerja sama atau berinovasi untuk bersaing. "Ditambah lagi setelah meilhat perkembangan Gojek dan Grab, makin sulit," ujarnya. William merekomendasikan untuk wait and see kepada pemegang saham.

Pada sembilan bulan pertama tahun ini, TAXI mengantongi pendapatan Rp 187,02 miliar, turun 19,26% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 231,62 miliar. Kerugian bersih emiten ini melonjak 155,47% menjadi Rp 537,96 miliar dari sebelumnya Rp 210,58 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati