KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong dana pensiun (dapen) untuk mempebesar portofolionya di instrumen-instrumen yang ada di pasar modal, khususnya pada instrumen saham. Apalagi, saat ini alokasi dana pensiun ke instrumen saham belumlah banyak. "Dari data yang ada dari tahun ke tahun alokasi ke pasar modal masih sangat minim yakni sebesar 11,91 % dari seluruh dana kelolaan sebanyak Rp 250 triliun," kata Hasan Fauzi, Direktur Bursa Efek Indonesia, Kamis (11/1). Padahal menurutnya, di beberapa negara alokasi dana pensiun ke saham bahkan sudah melebihi 50%. Beberapa kendala yang menyebabkan minimnya alokasi dana pensiun ke saham antara lain pandangan jangka pendek beberapa pengelola dana pensiun. Padahal jika dilihat secara jangka panjang, instrumen saham pasti mencatatkan return yang cukup tinggi. Menurut Hasan, idealnya, alokasi dapen di saham paling tidak adalah sebesar 30%. Saat ini, 30% dana kelolaan dapen diwajibkan untuk dialokasikan pada Surat Berharga Negara (SBN). Sebanyak 26% rata-rata dialokasikan pada instrumen yang cenderung defensif seperti deposito. Oleh karena itu, BEI mempersiapkan sejumlah hal untuk memperbesar minat dana pensiun untuk masuk ke pasar saham. Salah satu caranya adalah dengan melakukan sosialisasi ke beberapa dapen melalui asosiasi dapen. Menurut Hasan, beberapa insentif juga sudah dimiliki oleh dapen dengan bargaining position yang lebih tinggi. Apalagi Manajer Investasi biasanya akan memberikan insentif yang lebih besar kepada investor institusi besar seperti terkait dengan fee pengelolaan dan juga businness arrangement. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BEI mendorong dana pensiun menambah investasi saham
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong dana pensiun (dapen) untuk mempebesar portofolionya di instrumen-instrumen yang ada di pasar modal, khususnya pada instrumen saham. Apalagi, saat ini alokasi dana pensiun ke instrumen saham belumlah banyak. "Dari data yang ada dari tahun ke tahun alokasi ke pasar modal masih sangat minim yakni sebesar 11,91 % dari seluruh dana kelolaan sebanyak Rp 250 triliun," kata Hasan Fauzi, Direktur Bursa Efek Indonesia, Kamis (11/1). Padahal menurutnya, di beberapa negara alokasi dana pensiun ke saham bahkan sudah melebihi 50%. Beberapa kendala yang menyebabkan minimnya alokasi dana pensiun ke saham antara lain pandangan jangka pendek beberapa pengelola dana pensiun. Padahal jika dilihat secara jangka panjang, instrumen saham pasti mencatatkan return yang cukup tinggi. Menurut Hasan, idealnya, alokasi dapen di saham paling tidak adalah sebesar 30%. Saat ini, 30% dana kelolaan dapen diwajibkan untuk dialokasikan pada Surat Berharga Negara (SBN). Sebanyak 26% rata-rata dialokasikan pada instrumen yang cenderung defensif seperti deposito. Oleh karena itu, BEI mempersiapkan sejumlah hal untuk memperbesar minat dana pensiun untuk masuk ke pasar saham. Salah satu caranya adalah dengan melakukan sosialisasi ke beberapa dapen melalui asosiasi dapen. Menurut Hasan, beberapa insentif juga sudah dimiliki oleh dapen dengan bargaining position yang lebih tinggi. Apalagi Manajer Investasi biasanya akan memberikan insentif yang lebih besar kepada investor institusi besar seperti terkait dengan fee pengelolaan dan juga businness arrangement. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News