JAKARTA. Kondisi pasar modal saat ini membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) merevisi nilai rata-rata transaksi harian. Pada awal tahun, bursa menargetkan transaksi harian di pasar modal bisa mencapai Rp 7 triliun. Namun kini, pihak pengawas pasar modal itu pun menurunkan targetnya dalam Rancangan Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) menjadi Rp 6,4 triliun. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Samsul Hidayat menyebut, ini didasari oleh nilai transaksi harian saat ini yang hanya mencapai Rp 6,2 triliun. Maka dari itu untuk 5 bulan mendatang, pihaknya pun memperkirakan secara konservatif. Meski begitu, ia menyebut bahwa ini hanyalah untuk kepentingan internal yang berkaitan dengan operasional bursa. Mendatang, Samsul merasa bahwa nilai transaksi harian di pasar modal sebenarnya bisa saja melebihi Rp 7 triliun. Pasalnya, terdapat harapan investor terhadap pemerintahan baru. Misalnya saja jika pemerintah baru bisa menyelesaikan masalah makroekonomi seperti defisit neraca perdagangan, pembayaran, maupun fiskal. Ia yakin, ini bisa memancing dana investor dalam maupun luar negeri.
BEI pangkas target transaksi harian bursa
JAKARTA. Kondisi pasar modal saat ini membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) merevisi nilai rata-rata transaksi harian. Pada awal tahun, bursa menargetkan transaksi harian di pasar modal bisa mencapai Rp 7 triliun. Namun kini, pihak pengawas pasar modal itu pun menurunkan targetnya dalam Rancangan Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) menjadi Rp 6,4 triliun. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Samsul Hidayat menyebut, ini didasari oleh nilai transaksi harian saat ini yang hanya mencapai Rp 6,2 triliun. Maka dari itu untuk 5 bulan mendatang, pihaknya pun memperkirakan secara konservatif. Meski begitu, ia menyebut bahwa ini hanyalah untuk kepentingan internal yang berkaitan dengan operasional bursa. Mendatang, Samsul merasa bahwa nilai transaksi harian di pasar modal sebenarnya bisa saja melebihi Rp 7 triliun. Pasalnya, terdapat harapan investor terhadap pemerintahan baru. Misalnya saja jika pemerintah baru bisa menyelesaikan masalah makroekonomi seperti defisit neraca perdagangan, pembayaran, maupun fiskal. Ia yakin, ini bisa memancing dana investor dalam maupun luar negeri.