BEI segera periksa kasus dana IPO Katarina



JAKARTA. Kasus dugaan penyimpangan penggunaan dana initial public offering (IPO) atau penawaran saham perdana PT Katarina Utama Tbk (RINA) kian memanas. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal turun tangan untuk menginvestigasi kasus yang menerpa perusahaan jasa rekayasa telekomunikasi ini. "Kalau dokumen IPO sudah dilaporkan, kami akan lakukan pemeriksaan," tegas Eddy Sugito, Direktur Penilaian Perusahaan BEI (23/8).

Di internal RINA pun, sejumlah karyawan mulai menggelar sejumlah aksi. Setelah karyawan cabang Medan berunjuk rasa, kini giliran karyawan kantor pusat bakal menggugat manajemen RINA ke Pengadilan Perselisihan Hubungan Indsutrial (PPHI).

Mantan manajer personalia dan umum RINA Shodan Purba mengatakan, mereka mengajukan gugatan karena manajemen tak segera membayar gaji, tunjangan serta ada dana pribadi karyawan yang digunakan untuk operasional perusahaan. "Kami menggugat karena ada pemutusan hubungan kerja sepihak," katanya.


Shodan bilang, sebelumnya manajemen berjanji membayar gaji dan utang ke karyawan itu setelah IPO digelar Juli 2009. Tapi, meski IPO sukses meraup fulus Rp 33,6 miliar, manajemen RINA tak kunjung melunasi kewajibannya ke karyawan. Malah, sejumlah karyawan dipecat.

Sumber KONTAN menuturkan, kondisi RINA sejatinya sudah keruh sebelum IPO. Dalam laporan keuangan 2009, misalnya, RINA melaporkan pendapatan Rp 29,9 miliar. Padahal, riilnya hanya Rp 6 miliar. "Banyak proyek dibatalkan karena tak ada biaya operasional," kata si sumber.

Meski sudah digelembungkan, pendapatan itu pun masih jauh di bawah target. Direktur Utama RINA Fazli Bin Zainal Abidin, di sela IPO pada 14 Juli 2009, bilang, target pendapatan RINA tahun itu sebesar 60 miliar dan laba bersih Rp 15 miliar. Tapi, laba bersih RINA tahun lalu cuma Rp 55 juta. "Enggak mungkin jika pendapatannya Rp 29 miliar, labanya cuma segitu," imbuh sumber KONTAN lagi.

Kini, RINA diduga menyalahgunakan Rp 28,971 miliar dari total dana IPO. Di antaranya, untuk pembelian mobil operasional dan pembukaan kantor cabang fiktif. Tudingan memperkaya diri juga ditudingkan kepada para direksinya. "Setelah IPO, gaji direksi naik dari Rp 75 juta jadi Rp 100 juta sebulan," ujar Shodan. Itu sebabnya, menurut Shodan, beban umum dan administrasi di 2009 melonjak 157% menjadi Rp 10,9 miliar.

Menanggapi berbagai tudingan itu, Direktur Keuangan RINA Izzudin Mahmood menyatakan, alokasi dana IPO sudah sesuai prospektus dan proyeknya pun masih jalan. RINA juga mendapat proyek Engineering Service Annual Frame Purchase dengan masa kontrak 8 Juli 2010-7 Juli 2011 dari PT Huawei Tech Investment.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can