BEI Siapkan Produk Single Stock Futures (SSF) untuk Genjot Transaksi Derivatif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi produk derivatif di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih sepi. Saking sepinya, di sepanjang 2024 berjalan ini, belum ada transaksi futures yang tercatat sama sekali alias nihil.

Adapun ada empat produk derivatif yang BEI miliki dengan underlying indeks dan surat utang, yaitu IDX LQ45 Futures, IDX30 Futures, Indonesia Government Bond Futures dan Basket Bond Futures. 

Transaksi masih minim disebabkan hanya ada satu anggota bursa (AB) yang telah memperoleh izin derivatif, yakni PT UBS Sekuritas Indonesia. Pasalnya, UBS Sekuritas Indonesia telah disuspensi BEI sejak 5 Desember 2023. 


Untuk menghidupkan transaksi derivatif, BEI tengah menggodok produk baru, yaitu Single Stock Futures (SSF). Rencananya, produk anyar ini akan diluncurkan sekitar April atau Mei 2024. 

Baca Juga: Peluncuran Single Stock Futures (SSF) Molor, Ini Alasan BEI

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menuturkan produk derivatif selama ini tidak likuid disebabkan oleh dua hal utama. Pertama, karena hanya ada satu AB yang memiliki izin transaksi derivatif.

Dan yang kedua, proses pembukaan rekening derivatif belum bisa sepenuhnya dilakukan secara daring seperti pembukaan rekening saham. Alhasil, investor harus membuka Rekening Dana Derivatif (RDD) secara manual. 

Jeffrey bilang sebenarnya SSF sudah bisa diluncurkan pada 25 Maret 2024 kemarin, tetapi pihaknya masih menunggu lebih banyak anggota bursa yang berpartisipasi dalam peluncuran perdana ini. 

Saat ini baru ada satu anggota bursa yang telah mengantongi izin yaitu PT Binaartha Sekuritas. BEI menunggu paling tidak ada dua sampai tiga anggota bursa yang berpartisipasi. 

"Nantinya setiap anggota bursa derivatif tidak hanya bisa mentransaksikan SSF, tetapi indeks futures yang sudah ada selama ini. Total akan ada 19 kontrak derivatif yang bisa ditransaksikan," kata Jeffrey kepada Kontan akhir pekan lalu. 

Adapun SSF akan menggunakan underlying saham dari konstituen indeks LQ45 dengan periode kontrak bervariasi dari satu bulan hingga tiga bulan. Tahun ini, BEI hanya akan menggunakan lima saham. 

Yakni, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengatakan SSF masih relatif lebih menarik ketimbang indeks futures yang sudah diterbitkan oleh BEI sebelumnya karena bisa menjadi sarana hedging atau lindung nilai. 

"Di luar negeri produk derivatif sudah umum, tetapi di dalam negeri masih sepi. Untuk itu, perlu sosialisasi yang masif agar pasar bisa lebih mengenal produk SSF," ucapnya. 

Baca Juga: Peluncuran SSF Molor, BEI Masih Tunggu Lebih Banyak AB Derivatif

Praska menilai produk SSF bukan hanya bisa menjadi alternatif bagi investor individu untuk melakukan hedging, tetapi bisa menyasar investor institusi dalam meminimalisir risiko saat pasar saham berfluktuasi. 

"Memang hanya saja, Single Stock Futures ini lebih cocok untuk investor yang menyukai trading jangka pendek dan menengah, yang membukukan volatilitas dan hedging," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat