BEI tantang transparansi BUMN di bursa



JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mempertanyakan minimnya jumlah perusahaan berstatus Bank Umum Milik Negara (BUMN) yang menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di BEI. Kondisi ini seolah bertolak belakang dengan semangat pemerintah untuk memajukan perekonomian Indonesia melalui aktivitas di pasar modal. Direktur Utama BEI Ito Warsito mengatakan sejak bursa efek ada di Indonesia dua puluh tahun yang lalu, total BUMN yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) dan tercatat di BEI hanya 18 emiten. "Ini kalau dilihat, belum tentu satu tahun sekali ada IPO BUMN," kata Ito dalam Media Briefing di BEI, Selasa (17/7). Salah satu sektor yang menurut Ito perlu didorong adalah BUMN yang bergerak di perkebunan. Terutama, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi industri perkebunan yang besar. Salah satunya, kelapa sawit. "BUMN perkebunan belum ada satu pun yang IPO. Apa masalahnya? Apakah takut transparan?" ungkap Ito. Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto yang juga Ketua Komisi VI DPR-RI menambahkan, sebenarnya ada banyak perusahaan BUMN yang layak di-IPO-kan.

Misalnya, BUMN di sektor pupuk, perkebunan, atau anak usaha dari PT Pertamina. Namun, perusahaan-perusahaan yang berkinerja bagus dan berpeluang bagus di pasar modal justru tak diusulkan pemerintah. "Yang diproses lebih dulu malah perusahaan yang berpenyakit. Sektor yang kuat justru tidak didorong untuk IPO," kata Airlangga. Sekedar informasi, pemerintah baru mengusulkan satu BUMN yang akan di-IPO-kan kepada DPR. Perusahaan tersebut ialah PT Semen Baturaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: