JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memeriksa secara intensif kasus dugaan penipuan investasi yang menyeret dua anggota bursa, PT Reliance Securities Tbk (RELI) dan PT Magnus Capital. Otoritas bursa akan melihat, apakah ada aliran dana yang masuk ke pasar modal. Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, bursa mencermati apakah ada transaksi di pasar modal terkait perkara tersebut. Bisa saja aliran dana yang masuk tak tercatat sebagai investasi, melainkan pinjaman.
Segala kemungkinan harus diperiksa validitasnya, sehingga tidak ada yang dirugikan dari kasus ini. Yang jelas, menurut Tito, BEI hanya memeriksa, tidak bisa sampai ke tahap penyelidikan maupun penyidikan yang merupakan wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kasus ini bermula ketika di tahun 2014 nasabah ditawari produk investasi surat utang FR0035 oleh EP Larasati, yang mengaku sebagai karyawan Reliance. Nasabah diminta mentransfer dananya melalui akun Magnus Capital yang dianggap sebagai pihak penampung dana. Belakangan, investor tak bisa menarik dana investasi mereka. Otoritas BEI enggan masuk ke ranah pidana penipuan atau pencemaran nama baik. BEI akan menelusuri aliran dananya. "Dalam satu atau dua hari ini akan ada kejelasan," tutur Tito. Susy Meiliana, Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), menilai, kasus ini berpotensi melunturkan kepercayaan investor terhadap pasar modal domestik. Meski Reliance telah mengklarifikasi kasus ini, tidak serta merta investor kembali percaya.
"Kami sudah berusaha setengah mati agar market ini bersih. Kami berharap, tidak ada lagi kejadian seperti di masa lalu. Ini kontraproduktif bagi pasar modal kita," ungkap dia. Menurut Susy, investor saat ini trauma dengan kasus investasi bodong seperti yang marak terjadi. Oleh karena itu, dia mengingatkan, semua sekuritas yang menjadi anggota APEI menjaga iklim pasar modal yang bersih agar investor nyaman menanamkan modalnya. "Kami bukan regulator yang bisa mengaudit, bagaimanapun semua sekuritas merupakan anggota APEI dan selaku asosiasi kami mengutamakan etika yang harus ditegakkan di industri yang sensitif ini," papar dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie