Beijing: Mengkambinghitamkan China tidak bisa menutupi keburukan AS



KONTAN.CO.ID - BEIJING. China mengkritik upaya "politisasi" Amerika Serikat untuk melacak asal usul virus corona, menuntut laboratorium militer AS diselidiki, sebelum rilis laporan komunitas intelijen AS tentang COVID-19.

Laporan AS itu bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan di antara badan-badan intelijen yang mempertimbangkan berbagai teori tentang bagaimana virus corona muncul, termasuk teori yang pernah ditolak tentang kebocoran laboratorium China.

“Mengkambinghitamkan China tidak bisa menutupi keburukan AS,” kata Fu Cong, Direktur Jenderal Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers, Rabu (25/8), seperti dikutip Al Jazeera.


Laporan AS tersebut akan selesai pada batas waktu Selasa (24/8) waktu Amerika, tetapi akan memakan waktu beberapa hari untuk mempersiapkan versi yang tidak dirahasiakan untuk dirilis ke publik, menurut Sekretaris Pers Gedung Putih.

China mengatakan, kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin. Ini membantah teori tentang virus corona lolos dari laboratorium di Kota Wuhan, tempat infeksi COVID-19 muncul pada akhir 2019, dan memicu pandemi.

Baca Juga: WHO: Politik sama sekali tidak memiliki tempat dalam penelusuran asal-usul COVID-19

China malah menyebutkan, virus corona keluar dari laboratorium di Fort Detrick, Maryland, AS, pada 2019.

"Wajar jika AS bersikeras, ini adalah hipotesis yang valid, mereka harus melakukan giliran mereka dan mengundang penyelidikan ke laboratorium mereka," ujar Fu.

Pada Selasa, utusan China untuk PBB meminta Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk melakukan penyelidikan ke laboratorium AS.

Ketika ditanya, apakah China akan berhenti berbicara tentang laboratorium Fort Detrick jika laporan AS menyimpulkan virus tidak bocor dari laboratorium China, Fu mengatakan: "Itu adalah pertanyaan hipotetis, Anda perlu bertanya kepada AS".

Fu menambahkan, China tidak terlibat dalam kampanye disinformasi.

Selanjutnya: Data dari AS ini menunjukkan COVID-19 bisa infeksi orang yang sudah divaksinasi penuh

Editor: S.S. Kurniawan