Bekasi Fajar bangun gudang logistik



JAKARTA. Harapan PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk memiliki gudang logistik semakin mendekati kenyataan. Perusahaan pengelola kawasan industri MM2100 Bekasi, Jawa Barat itu berencana menanamkan tiang pancang alias menggelar groundbreaking proyek tersebut  pada kuartal pertama tahun ini.

Untuk membangun gudang yang terletak di kawasan industrinya, Bekasi Fajar menyiapkan lahan seluas 25 hektare (ha). Pembangunan akan dilakukan dalam tiga tahap meliputi tahap pertama 9,5 ha, tahap kedua 6 ha dan tahap ketiga 9,5 ha.

Perusahaan yang tercatat dengan kode saham BEST di Bursa Efek Indonesia itu akan mengawali pembangunan tahap pertama pada tahun ini. Di atas lahan 9 ha, Bekasi Fajar akan membangun gudang logistik seluas 60.000 meter persegi (m²). 


Pelaksana Tugas (Plt) Harian Chief Financial Officer Bekasi Fajar Industrial Estate Erick Wihardja bilang, nilai investasi pembangunan gudang 60.000 m² adalah US$ 500 per m². Sementara nilai investasi tanah 9,5 ha adalah US$ 180 per m². Berangkat dari harga itu, berarti total biaya investasi pembangunan gudang logistik tahap pertama mencapai US$ 47,1 juta.

Namun Bekasi Fajar tak membangun proyek sendiri. Perusahaan itu menggandeng Daiwa House Industry Co Ltd. Keduanya lantas membikin perusahaan patungan bernama PT Daiwa Manunggal Logistik. Porsi saham Daiwa Manunggal adalah Bekasi Fajar mengempit 51% dan Daiwa House mengempit 49%.

Manajemen perusahaan Bekasi Fajar menyebutkan porsi saham itu sekaligus mencerminkan pembagian besar investasi. Jadi kalau dihitung, Bekasi Fajar merogoh kocek US$ 24,02 juta untuk pembangunan gudang tahap pertama. Sementara Daiwa House mengucurkan dana US$ 23,08 juta.

Kalau tak meleset, pasca groundbreaking di triwulan pertama 2015 ini, gudang logistik tersebut rampung pada akhir 2015. "Perkembangan saat ini sedang memilih kontraktor," ujar Erick kepada KONTAN, Selasa (27/1).

Kontribusi tahun depan

Meski proses pembangunan belum juga diawali, layaknya pelaku usaha properti lain, Bekasi Fajar sudah menawarkan proyeknya kepada calon tenant atau penyewa. Perusahaan itu memprediksi perusahaan sektor barang konsumsi adalah pasar potensial.

Manajemen perusahaan itu mematok harga sewa US$ 7 - US$ 7,5 per m² per bulan. Dengan patokan harga sewa segitu, Bekasi Fajar berpotensi mengantongi pendapatan sewa sebesar US$ 5,04 juta - US$ 5,4 juta per tahun. 

Patut dicatat, ini dengan asumsi gudang seluas 60.000 m² tadi disewa semuanya, alias tingkat okupansi 100%. Selain itu, pendapatan sewa tersebut juga baru masuk dalam pembukuan keuangan Bekasi Fajar pada tahun depan.

Pasalnya, Bekasi Fajar hanya menargetkan target tingkat okupansi 70%-80% untuk gudang logistik tahap pertama itu. Hitungan perusahaan itu, tingkat okupansi sebesar ini paling tidak sudah mampu mendatangkan pendapatan yang cukup untuk melanjutkan pembangunan gudang logistik tahap kedua.

Asal tahu saja, Bekasi Fajar menargetkan proyek gudang logistik sampai tahap ketiga rampung dalam tiga tahun, atau hingga 2018. "Targetnya, seluruh fase bisa selesai dalam tiga tahun, asalkan tingkat okupansi 70%-80%," ujar Erick.

Lalu, Bekasi Fajar menargetkan meraih titik impas investasi alias break even point (BEP) pada tahun keenam. Pasca mengantongi BEP, perusahaan itu menghitung bisa mendapatkan imbal hasil investasi atawa yield sebesar 12%-15% per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina