Bekerja harus ikhlas sebagai ibadah



Setelah 25 tahun bergelut di dunia perbankan, 15 tahun di antaranya sebagai direktur, akhirnya saya pensiun tahun 2014. Posisi terakhir saya sebagai Direktur Utama Bank Muamalat.

Dua tahun berselang, yakni April 2016, saya diminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk kembali duduk sebagai Dirut. Tapi kali ini bukan di dunia perbankan, melainkan di industri batubara, tepatnya di PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Selama 28 tahun berkarier, saya berupaya memegang prinsip-prinsip dalam bekerja. Prinsip tersebut, pertama, saya yakin bahwa fokus adalah syarat untuk meraih kesuksesan. Kedua, fokus itu harus didukung dengan kesungguhan. Kemudian, ketiga, kesungguhan harus dilengkapi dengan kemampuan untuk cepat beradaptasi.


Tidak kalah pentingnya, saya percaya pentingnya menjaga integritas dalam menjalankan bisnis maupun bekerja. Sebab integritas itu menjamin profesionalitas.

Bagi saya, muara atas semua itu adalah bekerja harus ikhlas. Sebab bekerja bagian dari ibadah. Ibadah harus ikhlas, bukan terpaksa.

Nah, saat dipercaya memimpin PTBA, saya terapkan pula prinsip-prinsip tersebut. Apalagi ketika masuk PTBA, bisnis ini sedang penuh tantangan. Bagaimana caranya menjaga bisnis batubara PTBA bahkan supaya kian bagus manakala harga batubara tengah melempem.

Tahun 2016, rata-rata harga batubara acuan hanya US$ 61,84 per ton. Bandingkan dengan rata-rata sepanjang tahun lalu yang mencapai US$ 98,96 per ton.

Selain bekal prinsip tadi, kebetulan saya memiliki pengalaman mengelola perusahaan menghadapi masa sulit. Saat krisis, solusinya adalah efisiensi! Resep itu saya jalankan. PTBA melakukan efisiensi di hampir semua lini, khususnya dalam operasional dan investasi. Mulai pada cara menambang, ongkos produksi dan tarif, juga mengkaji ulang proyek-proyek yang tidak layak.

Hasilnya, PTBA bisa menghemat Rp 4,5 triliun. Laba PTBA bahkan naik dua kali lipat dari Rp 2,01 triliun per Desember 2016 menjadi sekitar Rp 4,4 triliun di tahun berikutnya. Tahun lalu naik lagi menjadi Rp 5,1 triliun.

Pilihan efisiensi ini bukan hanya diterapkan saat harga batubara sedang rendah. Kendati harga naik, mengoperasikan perusahaan secara efisien tetap dilanjutkan.

Pilihan penghematan ini kita upayakan di semua lini, kecuali satu hal yang tidak boleh, yaitu efisiensi kesejahteraan karyawan. Karyawan adalah kunci keberhasilan. Kinerja perusahaan bergantung kinerja karyawan. Sementara kinerja karyawan akan sejalan dengan kesejahteraan yang diberikan.

Jadi, kendati efisiensi di bidang lain, kami tetap memberikan insentif kerja. Mulai dari bonus, kepemilikan mobil, dan uang muka rumah. Karyawan diharapkan bisa bekerja lebih giat lagi jika kesejahteraannya terpenuhi.

Selain strategi efisiensi, PTBA kami bawa ke bisnis yang menaikkan nilai tambah batubara. PTBA saya bawa bertransformasi dengan tagline Beyond Coal.

Ini misi kami sebagai perusahaan pertambangan batubara milik negara. Kita harus ingat bahwa batubara bukan sekadar komoditas, melainkan juga sumber energi.

Untuk itu, kami fokus mengembangkan hilirisasi batubara dengan proses coal to liquid dan coal to gas atau gasifikasi batubara untuk produk LPG, pupuk, dan polipropilene. Kami mempercepat pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 2x620 megawatt untuk mendukung transformasi ini. Semua prosesnya sedang berjalan.♦

Arviyan Arifin Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi