Belajar Kelola Dana Sejak Muda dari Dirut Arkora Hydro (ARKO) Aldo Henry Artoko



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak belia, Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) Aldo Henry Artoko sudah tertarik pada dunia keuangan. Minat Aldo tumbuh dari literasi, buku hingga film yang mengangkat tema investasi.

Aldo mulai menyelami lebih dalam tentang investasi ketika kuliah di University of New South Wales. Di kampus yang berlokasi di Sydney - Austalia itu, Aldo mengambil studi di bidang mechanical and manufacturing engineering.

"Walaupun saya kuliah di engineering, tapi selalu tertarik terhadap keuangan dan pasar modal. Gara-gara itu jadi pengin coba belajar sendiri. Tapi nggak berani kalau pakai uang orang tua," tutur Aldo kepada KONTAN, Jumat (10/1).


Aldo pun baru berani berinvestasi ketika sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Sekitar tahun 2005, dia menyambi jadi pegawai supermarket. Dari sini, Aldo bisa menyisihkan dana untuk investasi.

Instrumen yang Aldo pilih adalah saham. Dia langsung bermain di bursa Amerika Serikat (AS). Alasannya, akses terhadap informasi mengenai korporasi dan pasar AS banyak dan mudah didapat. Secara waktu, jam perdagangan di bursa AS juga tidak mengganggu perkuliahan Aldo di Austalia.

Bermodal autodidak dan hasrat muda yang menggebu-gebu, Aldo gagal memanen cuan. Dia malah boncos sekitar 50% dari dana yang ditransaksikan. Selain kurang pengalaman, Aldo melihat sumber kegagalannya adalah ingin cuan secara instan.

Baca Juga: Wishnutama Kusubandio: Menyiapkan Talent Masa Depan, Ya Dengan Pendidikan

Aldo sering ikut-ikutan alias FOMO (Fear of Missing Out), membeli saham tanpa pertimbangan matang. "Karena mindset pengin dapat uang cepat, jadi FOMO. Kalau FOMO kan nggak mikir, perusahaan apa nggak tahu, main masuk-masuk aja," kenang Aldo.

Tapi dia mengaku tidak pernah menyesal. Justru, dari sini Aldo bisa memetik pelajaran berharga bahwa keputusan investasi mesti diambil secara rasional, risiko yang terukur dan pertimbangan matang.

"Anggap saja uang sekolah. Saya nggak menyesal, karena semua itu yang membangun saya sekarang," kata Aldo.

Setelah belajar dari pengalaman, nasib saldo saham  Aldo pun membaik. Perlahan dia bisa memetik cuan.

"Namanya uang waktu kuliah, memang nggak besar. Tapi saya jadi sadar, nggak segampang itu cari uang," tegas Aldo.

Alumni Kolose Kanisius Jakarta angkatan 2003 ini menjadikan pengalaman jatuh-bangun dalam berinvestasi sebagai bekal untuk membangun karier. Hingga akhirnya Aldo bisa membawa ARKO melantai di Bursa Efek Indonesia pada 8 Juli 2022.

"Membawa ARKO ke pasar modal itu bekalnya dari pengalaman belajar saham saat masih muda. Lihat sentimen industrinya lagi bagus, bisa menarik investor lebih banyak," imbuh Aldo.

Literasi Sejak Dini

Aldo menilai, penting untuk belajar berbagai hal baru sejak muda, termasuk memulai investasi. Toh, jika gagal, itu bisa menjadi pengalaman untuk bekal dalam proses hidup menuju masa tua.

Oleh sebab itu, Aldo sudah mulai memberikan literasi sejak dini kepada tiga puteranya. Aldo menjelaskan hal-hal dasar dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami. Maklum, putera tertua Aldo saja baru duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Di samping itu, Aldo mengajak sang putera langsung praktik, learning by doing. Dia memberikan ilustrasi, ketika sang anak mendapatkan angpao saat Imlek, uang yang diberikan untuk jajan hanya 15%. Sisanya, Aldo belikan saham untuk anak-anaknya.

"Jumlahnya tentu nggak banyak, tapi mereka antusias. Lalu saya jelaskan, ini saham apa, perusahaannya di bidang apa, punya produk apa. Mereka sih iya iya saja, tapi yang penting kan jadi tertarik, tanya, belajar," ungkap Aldo.

Metode tersebut menurut Aldo efektif untuk memancing rasa penasaran bagi anak.  Catatan Aldo lainnya dalam berinvestasi, ketahanan untuk menerima risiko akan berubah seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab.

Baca Juga: Berbenah diri di era revolusi industri 4.0

Ketika masih muda, Aldo berani membuat langkah yang agresif dengan risiko tinggi. Tapi, beda cerita ketika sudah berkeluarga. "Kalau sudah punya tanggungan banyak, investasi ke aset yang berisiko tinggi jadi lebih kecil, sekarang beralih ke aset- aset yang lebih aman," kata Aldo.

Aldo memberikan gambaran, sebelum berkeluarga, porsi saham dalam portofolio investasinya bisa mencapai 75%. Tapi, saat ini bagian saham tinggal 25%. Sedangkan 25% lainnya dialokasikan ke reksadana, dan 50% ke instrumen obligasi dan deposito.

Aldo juga makin selektif dalam memilih saham. Di samping fundamental, dia juga mempertimbangkan rekam jejak dan reputasi dari pemilik atau grup emiten. Faktor penting lainnya adalah prospek industri dari emiten tersebut.

Menuju Mindfulness dengan Tinju

Bagi sebagian orang, kesadaran untuk ada "di sini dan saat ini" alias mindfulness didapat dari aktivitas yang rileks. Tapi, bagi Aldo Henry Artoko, jalan menuju mindfulness bisa melalui aktivitas fisik yang berat dan berisiko seperti bermain tinju.

Aldo itu sudah menekuni hobi tinju sejak delapan tahun lalu. "Kalau (olahraga) lari, otak saya masih suka mikir kerjaan. Tapi kalau boxing, ya harus komitmen benar-benar "di sini", kalau masih mikir kerjaan, bisa kena pukul," kata dia.

Aldo terbilang serius menekuni tinju. Dia bahkan sempat bermain tinju lima kali dalam seminggu. Aldo lebih suka melakukannya pagi hari, sebelum memulai kesibukannya di kantor.

Kegemaran Aldo pada tinju juga terlihat dari beberapa ajang pertandingan pemula (rookie fight) yang ia ikuti. "Suka boxing sejak dari dulu, waktu kecil suka nonton bareng ayah, waktu zaman Mike Tyson," ungkap Aldo.

Tapi, Aldo tak hanya mahir olahraga otot. Dia juga mengaku suka mengasah otak dengan bermain catur. Sedangkan hobi baru Aldo yang ia tekuni dalam dua tahun terakhir adalah seluncur salju alias snowboarding.

Selanjutnya: Bingung Opsen Pajak? Cek Penjelasan & Perhitungan Opsen Pajak Kendaraan Bermotor

Menarik Dibaca: Ini Daftar Promo McD Edisi Januari 2025, Ada Harga Promo Rp 50.000 lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari