Belanja barang naik, APBN jadi kurang produktif



JAKARTA. Alokasi belanja pemerintah mengarah pada hal yang kurang produktif. Lihat saja, belanja barang yang adalah belanja non produktif dalam trend yang meningkat.

Mari kita lihat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2012. Pada tahun 2012 anggaran belanja barang mencapai Rp 160,03 triliun. Nilai itu kemudian naik menjadi Rp 206,5 triliun dalam APBN-P 2013.

Pada tahun 2014 dalam APBN-P, belanja barang sebesar Rp 195,2 triliun. Memang pada tahun 2014 ada pengecualian karena ada pemotongan anggaran belanja sebesar Rp 43 triliun. Dulunya dalam APBN 2014, belanja barang Rp 214,4 triliun. 


Melihat realisasinya, berdasarkan audit Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2013, realisasi belanja barang senilai Rp 170,71 triliun atau 82% dari pagu. Realisasi ini naik dibanding realisasi tahun 2012 yang sebesar Rp 140,88 triliun atau 88,04% dari pagu. 

Nah, seiring naiknya belanja barang maka anggaran perjalanan dinas pun naik. Apabila pada tahun 2012 realisasi belanja perjalanan dalam dan luar negeri sebesar Rp 19,69 triliun atau naik 0,25% dari realisasi tahun 2011 yang mencapai Rp 19,64 triliun.

Pada tahun 2013, berdasarkan audit LKPP, realisasi belanja perjalanan dalam dan luar negeri mencapai Rp 26,55 triliun. Keseluruhan belanja barang yang naik ini bertolak belakang dengan belanja modal. Belanja modal pada APBN-P 2012 sebesar Rp 182,62 triliun, lalu naik menjadi Rp 192,6 triliun pada tahun 2013. 

Kemudian pada tahun 2014 karena adanya pemotongan maka belanja modal hanya Rp 160,8 triliun. Melihat pertumbuhannya, bila dibanding belanja modal, pertumbuhan belanja barang lebih tinggi peningkatannya. Pada tahun 2013 anggaran belanja barang naik 28,8%, sedangkan belanja modal naik 21,9%.

Pada tahun 2014 ketika dilakukan pemangkasan pun, belanja modal mengalami pemangkasan yang lebih dalam yaitu mencapai Rp 23,4 triliun. Sedangkan belanja barang hanya Rp 19,3 triliun.

Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengatakan pagu belanja barang secara normal dalam jangka panjang memang akan cenderung naik. Walaupun dalam periode tertentu bisa turun karena adanya kebijakan tertentu.

Kenaikan pagu belanja barang terjadi karena berbagai faktor. "Yaitu inflasi, peningkatan pelayanan, pemerintah, serta biaya operasional dan pemeliharaan," ujar Askolani ketika dihubungi KONTAN, Kamis (25/9).

Asal tahu saja, dalam belanja barang terdapat pos-pos seperti belanja barang operasional dan non operasional, belanja jasa, belanja pemeliharaan, serta belanja barang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa