KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan Nielsen Ad Intel menyebutkan, belanja iklan di sepanjang semester I 2022 mencapai Rp 135 triliun. Angka itu naik sekitar 7% bila dibandingkan dengan realisasi periode sama tahun 2021 lalu yang sebesar Rp 127 triliun. Beberapa nama besar di industri
fast-moving consumer goods (FMCG) menjadi top pengiklan di paruh pertama 2022. Nama-nama besar tersebut meliputi Unilever, Mayora, P&G, WINGS, Indofood, dan Nestle. Hal tersebut tercermin dalam laporan PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR) yang mencatatkan biaya iklan dan riset sebesar Rp 1,58 triliun, naik 38,59% secara tahunan atau
year on year (yoy).
Jika ditambah dengan pengeluaran untuk promosi sebesar Rp 765 miliar maka total belanja iklan dan promosi Unilever selama semester I mencapai Rp 2,35 triliun, naik 6,96% yoy.
Baca Juga: Pengeluaran Iklan dan Promosi Garudafood Putra Putri Jaya Menurun di Semester I-2022 PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) juga mencatatkan kenaikan biaya iklan dan promosi di kuartal I 2022 mencapai Rp 571,19 miliar, naik 16,29% yoy. Lalu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) juga naik 13,41% yoy menjadi Rp 531,39 miliar. Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana ,melihat kenaikan belanja iklan emiten diiringi dengan perbaikan ekonomi. Sebab, walaupun akan meningkatkan beban perseroan ditambah dengan kenaikan harga bahan baku, harga jual dapat diteruskan kepada konsumen. "Apalagi strategi promosi ini lebih jangka panjang sehingga kenaikan belanja iklan ini dapat memberikan efek terhadap pendapatan perusahaan di tahun ini dan tahun depan," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (16/8). Equity Analyst Pilarmas Investindo Desy Israhyanti menambahkan, dalam 4 tahun terakhir, beban iklan UNVR terhadap kinerja penjualannya sebesar 20%. Kemudian, ICBP dan INDF beban iklannya masing-masing sebesar 11%.
Baca Juga: Nielsen: Belanja Iklan Meningkat pada Semester I-2022 Desy juga melihat meningkatnya belanja iklan emiten FMCG ini juga akan memberikan dorongan terhadap marjin perseroan. Apalagi katanya, emiten sektor konsumsi ini aktif berinovasi mengembangkan lini bisnis dan produk baru. "Sehingga, dengan promosi ini akan meningkatkan permintaan dan distribusi
channel yang ujungnya berpotensi meningkatkan margin," jelasnya. Oleh sebab itu, dirinya memperkirakan emiten FMCG masih akan agresif dalam belanja iklan di semester II ini. Sebab, perusahaan akan mengejar target penjualan tahunan.
Dengan agresivitas tersebut, Desy memperkirakan pendapatan UNVR akan tumbuh 5% dengan laba 6%, mengingat efisiensi yang dilakukan di tengah harga baku yang meningkat.
Baca Juga: Raksasa Teknologi Ini Berhasil Rebound di Bulan Juli versi Bloomberg Sementara, proyeksi pertumbuhan pendapatan dan laba ICBP masing-masing sebesar 14% dan 9%. Lalu, untuk INDF pendapatannya diprediksi tumbuh sebesar 6% dan labanya tumbuh sebesar 11%. Diapun merekomendasikan buy untuk INDF dan ICBP dengan target harga masing-masing Rp 8.600 dan Rp 11.300. Sementara Wawan merekomendasikan buy ICBP dengan target harga Rp 9.400 - Rp 9.500. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli