Belanja Konsumen AS Naik Tipis, Wall Street Tertekan Jelang Akhir Pekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street masih menghadapi tekanan di perdagangan terakhir pekan ini. Jumat (23/12) pukul 21.37 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,43% ke 32.884. Indeks S&P 500 turun 0,45% ke 3.8024. Sedangkan Nasdaq Compostie terjun 0,84% ke 10.388.

Tekanan di pasar saham membesar setelah data menunjukkan inflasi mendingin lebih lanjut pada bulan November. Meski turun, besaran inflasi tidak cukup untuk mencegah Federal Reserve kembali mengerek suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi tahun depan.

Data Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) menunjukkan, belanja konsumen AS hampir tidak naik pada bulan November. Sementara inflasi mendingin lebih lanjut. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), pengukur inflasi pilihan Fed, naik 0,1% bulan lalu setelah naik 0,4% pada Oktober. Dalam 12 bulan hingga November, indeks harga PCE naik 5,5% setelah naik 6,1% di bulan Oktober.


"Kabar baiknya adalah PCE turun ke angka 5,5%. Tapi sekali lagi, masih di atas ekspektasi Fed dan sebagian alasan mengapa kita melihat lonjakan suku bunga yang menunjukkan bahwa Fed belum selesai dengan suku bunga mereka," kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago kepada Reuters.

Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga Jadi Biang Kerok IHSG Parkir Di Zona Merah

Nolte menambahkan bahwa pasar saham salah mengira bahwa Fed akan berhenti dan akhirnya memangkas suku bunga pada tahun 2023. "Saat ini saya tidak melihat itu terjadi dalam waktu dekat," ujar dia.

Pada perdagangan kemarin terjadi aksi jual di Wall Street. Aksi jual Wall Street dipicu oleh data yang menunjukkan ekonomi AS yang tangguh. Perbaikan ekonomi dapat mendorong bank sentral untuk mempertahankan kenaikan suku bunga lebih lama.

Menurut data Bloomberg, Nasdaq mencatat penurunan paling besar dalam sepekan terakhir. Indeks yang sarat saham teknologi ini merosot 3,88% dalam lima hari perdagangan terakhir. Sedangkan Dow Jones dan S&P 500 turun masing-masing 1,01% dan 0,78% dalam sepekan.

Pelaku pasar berpegang teguh pada ekspektasi mereka akan kenaikan suku bunga 25 basis points oleh Fed pada bulan Februari. Tapi, prediksi suku bunga akhir periode kenaikan mencapai 4,9% pada Mei 2023 versus 4,8% sebelum rilis data pada hari Jumat.

Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.800 Hari Ini (23/12), Net Sell Asing Mencapai Rp 775 Miliar

Investor gelisah sejak pekan lalu karena The Fed tetap bersikeras untuk mencapai sasaran inflasi 2%. Bank sentral AS memproyeksikan akan terus menaikkan suku bunga di atas 5% pada tahun 2023, level yang tidak terlihat sejak 2007.

Indeks S&P 500 mencapai penurunan hampir 20% tahun ini, berada di jalur penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan 2008. Nasdaq yang padat teknologi telah turun sekitar 33% tahun ini dan Dow turun 9%.

"Tampaknya Desember akan mengakhiri tahun yang mengecewakan untuk pasar saham, kecuali kita mendapatkan menit terakhir lonjakan pasca-Natal yang tampaknya tidak mungkin terjadi pada tahap ini," kata Victoria Scholar, kepala investasi di Interactive Investor.

Kumpulan data lain yang akan dipantau secara ketat oleh investor pada hari Jumat termasuk penjualan rumah baru dan sentimen konsumen University of Michigan untuk menilai keadaan ekonomi AS.

Harga saham Tesla Inc naik 1,5% dalam perdagangan premarket. CEO Tesla Elon Musk mengatakan dia tidak akan menjual lagi saham produsen kendaraan listrik selama dua tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati