JAKARTA. Tiga bulan pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 mencatat surplus sebesar Rp 2,2 triliun. Kondisi yang baik ini bukan karena pendapatan negara yang melesat, namun lantaran belanja negara yang merosot. Berdasarkan data realisasi Januari hingga Maret 2014, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 288,7 triliun atau 17,3% dari target APBN yang sebesar Rp 1.667,1 triliun. Sementara belanja negara realisasinya 15,6% dari target atau sebesar Rp 286,5 triliun. Kalau melihat realisasi periode yang sama tahun lalu, belanja negaranya berhasil mencapai 16,2% dari target yang sebesar Rp 1.683,0 triliun dalam APBN 2013. Untuk pendapatan negara, realisasinya 16,6% dari target Rp 1.529,7 triliun.
Meskipun pendapatan mengalami pertumbuhan namun laju penurunan belanja lebih besar. Alhasil, pada triwulan pertama 2014 APBN mencatat surplus Rp 2,2 triliun, sedangkan pada triwulan pertama 2013 kemarin APBN mencatat defisit sebesar Rp 17,9 triliun. Nah, salah satu penyebab kinerja belanja turun adalah belanja modal. Apabila pada triwulan 2013 kemarin berhasil mencatat realisasi sebesar 5,6% atau sebesar Rp 10,4 triliun, pada tahun 2014 turun menjadi 3,4% atau sebesar Rp 7,8 triliun. Sedangkan untuk belanja pegawai dan barang sendiri masing-masing mencatat angka realisasi 20,9% atau Rp 55 triliun dan 7,9% atau Rp 14,9 triliun. Dirjen Anggaran Askolani mengatakan kinerja belanja negara yang turun ini salah satu penyebabnya adalah kecepatan kementerian/lembaga untuk melakukan lelang proyek. Kalau kementerian/lembaga bisa lebih cepat melelang dan tidak ada permasalahan dengan pembebasan lahan ataupun dokumennya maka realisasi belanja modal bisa lebih besar. Dalam hal ini Kementerian Keuangan akan melakukan pertemuan dengan kementerian/lembaga untuk membahas masalah tersebut. Mudah-mudahan dengan adanya pengawasan dan perbincangan maka pada triwulan kedua realisasi belanja modal bisa lebih baik. Ketika ditanyakan apakah belanja yang menurun ini sebagai akibat pemilihan umum (pemilu), Askolani tidak bisa memberikan jawaban. Mengenai pendapatan negara yang naik, Askolani menjelaskan hal tersebut salah satunya diakibatkan nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan. Lihat saja, penerimaan negara bukan pajak dari sektor migas yang sebelumnya pada tahun 2013 mencapai 6% dari target, sekarang menjadi 7,8% dari target atau sebesar Rp 15,4 triliun.
"Dampak perubahan dolar pada tahun 2014 lebih lemah dibanding 2013 sehingga penerimaan bisa lebih banyak," ujar Askolani, Rabu (14/5). Menteri Keuangan Chatib Basri sebelumnya menjelaskan kalau realisasi belanja yang akan paling optimal terserap adalah belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM). Tahun ini tahun pemilu sehingga konsumsi BBM akan naik dan rupiah pun mengalami depresiasi sehingga anggaran subsidi pun akan membengkak. Pada triwulan pertama sendiri, realisasi subsidi BBM sebesar Rp 20 triliun atau 9,5% dari target. Meski realisasi subsidi melonjak dari target, defisit anggaran akan dijaga maksimum 2,5% dari PDB dalam APBN-P 2014. Asal tahu, pekan depan (20/5) pemerintah akan mengajukan APBN-P 2014 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia