Belanja modal Austindo Rp 850 miliar, ini gunanya



JAKARTA. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) terus mengembangkan sayap usahanya pada tahun 2017 usai mengantongi pendapatan 2016 sebesar US$ 134,4 juta atau naik 6,7% dari tahun 2015 sebesar US$ 126 juta. Dari pendapatan itu, ANJ mengantongi laba bersih sebesar US$ 9,2 juta.

Pada tahun 2017 ini, emiten berkode saham ANJT tersebut menyiapkan belanja modal sebesar US$ 63,7 juta atau setara Rp 850 miliar yang berasal dari kas internal sekitar 20% lebih dan sisanya dari pinjaman perbankan.

Direktur Keuangan ANJ Lucas Kurniawan kinerja perusahan pada tahun 2016 cukup baik. Menurutnya, ANJ memperoleh manfaat dari kenaikan signifikan harga jual rata-rata minyak kelapa sawit (crude palm oil/cpo) dan inti sawit (palm kernel) dibandingkan dengan rata-rata 2015.


Untuk tahun 2017, ANJ enggan membeberkan berapa target pendapatan karena fluktuasi harga komoditas. "Yang bisa kami sampaikan adalah proyeksi minyak sawit yang kami produksi itu sebesar 213.000 ton," ujarnya, Rabu (5/4).

Untuk belanja modal tahun ini, Lucas bilang, akan menggunakannya untuk pembangunan pabrik kelapa sawit di Papua dengan anggaran sebesar US$ 21 juta. Dari total anggaran pembangunan itu, sebagaian digunakan pada tahun 2017 yakni sebesar US$ 11,3 juta dan sisanya pada tahun 2018.

Selain itu, ANJ juga menggunakan anggaran tahun ini untuk program penanamn kelapa sawit di Papua dan Sumatra Selatan. Anggaran yang disiapkan untuk penanaman sawit ini sebesar US$ 26 juta.

Sementara itu, ANJ juga menganggar sebesar US$ 3,5 juta untuk pembangunan mesin pembeku atau frozen line dengan total investasi Rp 12,5 miliar untuk proyek tanaman edamame. Pada tahun 2017 ini, ANJ menargetkan penjualan edamame mencapai 1.445 ton. Namun ketika mesin pembeku sudah ada, maka pada tahun 2018, ANJ menargetkan bisa ekspor produk edamame ke mancanegara.

Direktur Utama ANJ Istini T.Siddharta menambahkan pada tahun ini, ANJ akan mengoperasikan pabrik pengolahan sagu berkapasitas 1.250 ton per bulan di Papua. Produksi komersil dimulai awal tahun 2017.

Dan ke depan ditargetkan kapasitas produksi pabrik pengolahan sagu ini akan ditingkatkan dua kali lipat menjadi 2.500 ton per bulan. "Untuk tahun ini kami fokus pada pengambangan pasar domestik dan ekspor," kata Istini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto