JAKARTA. Nilai e-commerce di Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai US$ 130 miliar pada 2016. Hal ini diungkap oleh CEO Southeast Asia Lazada, Maximillian Bittner.Kendati demikian, dia mengaku bahwa masih terdapat hambatan besar berupa keengganan pelanggan untuk memanfaatkan transaksi elektronik."Metode pembayaran seperti Paypal masih belum memasyarakat sehingga pihak Lazada masih banyak melakukan COD (cash on delivery)," ujar Bittner ketika berbicara dalam acara Google Think 2013 di Jakarta, Rabu (23/1).Jaringan toko online Lazada yang dikepalai Bittner memang menawarkan opsi pembayaran COD, di mana pelanggan akan membayar dengan uang tunai di lokasi pengiriman begitu barang sudah diterima. Lazada yang beroperasi di negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Thailand ini berdiri di Indonesia pada 2012.Hambatan lain yang juga disebut oleh Bittner adalah masalah geografis Indonesia yang terdiri dari daerah kepulauan yang luas. Ini karena 60% penjualan Lazada bertempat di luar kota Jakarta, sementara penjualan yang bertempat di luar Jawa mencapai 20 persen.E-commerce di Indonesia sendiri menurut Bittner akan terus berkembang didorong pertumbuhan pengguna internet yang diperkirakan bakal mencapai 160 juta orang pada 2016.Faktor-faktor pendukungnya, lanjut Bittner, termasuk koneksi broadband terjangkau dan smartphone berharga di bawah US$ 50. E-commerce juga dikatakan mulai ramai merambah ranah perangkat mobile.Menurut dia, untuk bisa mengembangkan jual beli online di tanah air lebih jauh, e-commerce harus didukung dengan ekosistem yang memadai. "Ini memerlukan kerjasama dari pihak perbankan dalam hal pembayaran, penyedia infrastruktur telekomunikasi dan logistik, regulasi dari pemerintah, serta dukungan pemasaran," tandasnya. (Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Belanja online, orang Indonesia suka bayar tunai
JAKARTA. Nilai e-commerce di Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai US$ 130 miliar pada 2016. Hal ini diungkap oleh CEO Southeast Asia Lazada, Maximillian Bittner.Kendati demikian, dia mengaku bahwa masih terdapat hambatan besar berupa keengganan pelanggan untuk memanfaatkan transaksi elektronik."Metode pembayaran seperti Paypal masih belum memasyarakat sehingga pihak Lazada masih banyak melakukan COD (cash on delivery)," ujar Bittner ketika berbicara dalam acara Google Think 2013 di Jakarta, Rabu (23/1).Jaringan toko online Lazada yang dikepalai Bittner memang menawarkan opsi pembayaran COD, di mana pelanggan akan membayar dengan uang tunai di lokasi pengiriman begitu barang sudah diterima. Lazada yang beroperasi di negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Thailand ini berdiri di Indonesia pada 2012.Hambatan lain yang juga disebut oleh Bittner adalah masalah geografis Indonesia yang terdiri dari daerah kepulauan yang luas. Ini karena 60% penjualan Lazada bertempat di luar kota Jakarta, sementara penjualan yang bertempat di luar Jawa mencapai 20 persen.E-commerce di Indonesia sendiri menurut Bittner akan terus berkembang didorong pertumbuhan pengguna internet yang diperkirakan bakal mencapai 160 juta orang pada 2016.Faktor-faktor pendukungnya, lanjut Bittner, termasuk koneksi broadband terjangkau dan smartphone berharga di bawah US$ 50. E-commerce juga dikatakan mulai ramai merambah ranah perangkat mobile.Menurut dia, untuk bisa mengembangkan jual beli online di tanah air lebih jauh, e-commerce harus didukung dengan ekosistem yang memadai. "Ini memerlukan kerjasama dari pihak perbankan dalam hal pembayaran, penyedia infrastruktur telekomunikasi dan logistik, regulasi dari pemerintah, serta dukungan pemasaran," tandasnya. (Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News