Belanja Pemerintah Bisa Jadi Katalis, Simak Rekomendasi Saham Sektor Ritel



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Peritel Indonesia terus menghadapi pertumbuhan yang lemah tahun 2025. Hal ini menyusul kombinasi melemahnya daya beli konsumen, pergeseran pengeluaran ke arah barang-barang kebutuhan pokok, dan permintaan yang terus lesu untuk barang-barang non-kebutuhan pokok. 

Christy Halim, Analis BRI Danareksa Sekuritas mengatakan, rasionalisasi anggaran pemerintah sebesar Rp 306,7 triliun dan pembekuan pengeluaran sementara yang diterapkan awal tahun ini semakin membebani konsumsi, menunda pemulihan permintaan ritel.

Pada saat yang sama, meningkatnya biaya operasional, kendala rantai pasokan, dan tantangan struktural yang berkelanjutan, khususnya untuk format toko fisik tradisional, terus menekan margin peritel. 


“Akibatnya, sebagian besar peritel yang kami liput melaporkan pertumbuhan penjualan toko yang sama (SSSG) negatif pada Sembilan bulan di 2025, kecuali peritel kebutuhan pokok seperti PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI),” ujar Christy dalam risetnya pada 19 Desember 2025. 

Baca Juga: Dibayangi Sentimen Daya Beli, Cek Rekomendasi Saham Emiten Sektor Ritel

Christy menambahkan bahwa ekspansi fiskal pemerintah akan menjadi katalis utama untuk pemulihan permintaan secara bertahap pada tahun 2026, termasuk sektor ritel. Pengeluaran sosial yang lebih tinggi, termasuk peningkatan anggaran perlindungan sosial dan realisasi program makan bergizi gratis (MBG) yang lebih tinggi, akan meningkatkan pendapatan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah.

Hal ini akan mendukung konsumsi, pemulihan volume, dan peningkatan daya ungkit operasional seiring dengan penguatan lapangan kerja dan upah riil. 

“Meskipun demikian, upah minimum yang lebih tinggi dan nilai mata uang rupiah yang melemah tetap menjadi hambatan utama bagi sektor ini karena terus menekan biaya dan margin di tengah kekuatan penetapan harga yang terbatas,” jelas Christy. 

Meskipun pertumbuhan penjualan toko yang sama (SSSG) masih lemah sepanjang Januari – September 2025 yakni berkisar antara -3,6% hingga 1,8%, peritel terus memberikan pertumbuhan pendapatan positif melalui ekspansi toko, seperti yang terlihat pada pembukaan toko yang sedang berlangsung di seluruh peritel yang BRI Danareksa liput. 

“Kami memperkirakan strategi ini akan berlanjut di tahun 2026, didukung oleh peningkatan daya beli, dengan Aspirasi Hidup Indonesia (ACES) berencana untuk meremajakan beberapa tokonya di mal kelas atas dan mempercepat peluncuran merek Neka, sementara MIDI menargetkan sekitar 200 pembukaan toko baru,” terang Christy. 

Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menilai kebijakan fiskal pemerintah pada 2026 berpotensi lebih akomodatif dan terarah pada penguatan konsumsi domestik, khususnya melalui belanja sosial, program peningkatan asupan gizi, serta upaya stabilisasi harga kebutuhan pokok. 

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Mixed pada Senin (29/12), Cek Rekomendasi Analis

Normalisasi belanja pemerintah pasca periode penyesuaian di 2025 diharapkan dapat memperbaiki likuiditas di masyarakat dan secara bertahap mendorong pemulihan daya beli, terutama pada segmen menengah ke bawah yang menjadi basis utama konsumsi ritel.

“Jika kebijakan fiskal dapat memperbaiki daya beli masyarakat lebih cepat ini dapat mendorong pemulihan pada sektor retail, tetapi juga jika ini belum terlihat hasilnya pada daya beli, maka daya beli masih jadi tantangan bagi emiten retail,” ujar Azis kepada Kontan, Rabu (24/12/2025). 

Analis OCBC Sekuritas, Jessica Leonardy mengatakan bahwa pemerintah telah memperkenalkan paket stimulus ekonomi untuk kuartal IV – 2025 dengan alokasi anggaran total sebesar Rp 16,23 triliun untuk lebih lanjut mendorong perekonomian. Beberapa inisiatif yang dapat meningkatkan daya beli termasuk bantuan pangan dan program kerja berbayar (program pemagangan nasional). 

Selain itu, pemerintah akan meluncurkan tambahan Rp 30 triliun bantuan tunai langsung (BLT) kepada 35 juta keluarga berpenghasilan rendah mulai 20 Oktober 2025. Dana tersebut bertujuan untuk memperkuat daya beli dan mempertahankan momentum konsumsi hingga akhir tahun. 

“Stimulus pemerintah akan memperkuat purchasing power terutama untuk BLT yang ditargetkan langsung ke keluarga berpenghasilan rendah,” ucap Jessica kepada Kontan, Rabu (24/12/2025). 

 
MAPA Chart by TradingView

Christy merekomendasikan beli saham MIDI dengan target harga Rp 550 per saham karena profil bisnisnya yang defensif sebagai pengecer kebutuhan pokok dengan proyeksi pertumbuhan pendapatan yang diperkirakan naik 16,4% pada tahun 2026.

Ia juga merekomendasikan beli saham PT MAP Aktif Adiperkasa (MAPA) dengan target harga Rp 800 per saham. Rekomendasi ini didorong oleh potensi pertumbuhan yang kuat dan perannya sebagai penggerak pertumbuhan utama dalam grup MAP.   

Sementara Azis merekomendasikan beli saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan target harga Rp 2.100 per saham mengingat adanya momen natal dan tahun baru (nataru) dapat mendorong kinerja emiten AMRT.

Sedangkan Jessica merekomendasikan Buy saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) Rp 1.800 per saham dan beli saham AMRT dengan target harga Rp 2.900 per saham.

Selanjutnya: Samsung Galaxy Tab A11+ Pakai Layar 11 Inci & Stylus Pen, Ada Memori hingga 2 TB

Menarik Dibaca: Samsung Galaxy Tab A11+ Pakai Layar 11 Inci & Stylus Pen, Ada Memori hingga 2 TB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News