Belanja pemerintah topang pertumbuhan ekonomi Q1



JAKARTA. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, indikator menunjukkan konsumsi rumah tangga di awal tahun masih stabil. Belum ada indikasi konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan drastis atau penurunan drastis.

"Jadi saya lihat masih resilience, tidak akselerasi atau juga tidak turun," kata Juda, Jumat (11/3). Sayangnya, Juda tak menyebutkan angka proyeksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama (Q1) tahun ini.

Namun sebagai gambaran, pertumbuhan konsumsi tahun lalu sebesar 4,96% melambat dibandingkan tahun sebelum-sebelumnya.


Pada kuartal kedua tahun lalu, pertumbuhannya menurun menjadi 4,97%, pada kuartal ketiga kembali menurun menjadi 4,95% dan pada kuartal keempat menjadi 4,92%.

Juda melihat, meskipun konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini lebih didorong oleh peningkatan pengeluaran pemerintah dan investasi pemerintah.

Pemerintah sebelumnya bilang, realisasi belanja modal per akhir Februari 2016 sebesar Rp 5,4 triliun, realisasi belanja modal terbesar dibandingkan dengan realisasi belanja modal periode Januari-Februari tiga tahun ke belakang.

"Kami masih perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di atas 5%," tambah dia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, konsumsi rumah tangga di awal tahun ini belum sepenuhnya membaik. Berbagai kebijakan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat seperti penurunan harga BBM dan tarif dasar listrik membutuhkan waktu untuk melihat dampaknya terhadap konsumsi rumah tangga.

"Itu ada time leg sampai konsumen, tiga sampai enam bulan baru konsumsi rumah tangga meningkat," kata Josua. Ia melihat, peningkatan konsumsi akan terjadi sebelum ramadhan dan setelah ramadhan mendatang.

Ia juga memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini lebih didorong oleh peningkatan pengeluaran pemerintah yang cukup signifikan. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di tiga bulan pertama 2016 bisa mencapai kisaran 5%-5,1%, lebih tinggi dari kuartal keempat tahun lalu yang sebesar 5,04%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia