Belanja Pemerintah Turun, Sri Mulyani Beberkan Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 capai 5,72%. Pencapaian kinerja pertumbuhan di kuartal III-2022 menunjukkan perekonomian Indonesia kiat menguat dan menuju ke arah pemulihan.

Namun, konsumsi pemerintah di kuartal III-2022 mengalami kontraksi 2,88% secara tahunan atau year on year (YoY). Padahal, konsumsi pemerintah menjadi salah satu sebagai penyumbang utama yang memberikan andil 7,57% kepada Produk Domestik Bruto.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, belanja pemerintah yang mengalami kontraksi tersebut sejalan dengan pengeluaran untuk pandemi Covid-19 yang juga berkurang.  Pasalnya, pada saat pandemi Covid-19 berlangsung, pengeluaran pemerintah meningkat tajam.


"Jika melihat lebih detail pada belanja pemerintah, penurunan belanja pemerintah ini karena tahun lalu di kuartal II dan III, belanja kita terutama untuk jaring pengaman sosial dan untuk pengeluaran terkait pandemi sangat meningkat," ujar Sri Mulyani dalam wawancara di Bloomberg CEO Forum: Moving Forward Together, Jumat (11/11).

Baca Juga: Sri Mulyani Khawatir Ekonomi Indonesia Melambat pada Kuartal IV-2022, Mengapa?

Sri Mulyani mengungkapkan, pada saat Covid-19 varian Delta terjadi, Indonesia harus menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berimplikasi kepada meningkatnya tambahan untuk jaring pengaman sosial.

Namun dirinya menegaskan, belanja rutin pemerintah diperuntukkan untuk infrastruktur hinga belanja modal sumber daya manusia seperti pendidikan agar tetap tumbuh.

"Kami masih memiliki kuartal terakhir tahun ini, dan ini kesempatan bagi semua kementerian untuk mengejar pengeluaran mereka," katanya.

Ia menegaskan, pemerintah dan DPR telah menyetujui anggaran di tahun 2023. Untuk itu, belanja negara akan dilakukan dengan hati-hati mengingat defisit fiskal akan diturunkan menjadi 2,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: Ini Tantangan bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jelang Akhir Tahun 2022

"Itu benar-bena didasarkan pada asumsi yang dikalibrasi dengan cukup hati-hati," tegasnya.

Selain itu, pemerintah juga terus melihat pergerakan ekonomi global dan mempersiapkan segala kemungkinan guna menjaga pertumbuhan ekonomi, termasuk dalam hal kenaikan harga komoditas yang mengalami kenaikan atau penurunan yang sangat tajam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari