JAKARTA. Awal pekan depan, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 130 tentang pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan mulai berlaku. Sebagian besar multifinance mengaku hanya bisa pasrah dengan regulasi baru ini. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) merilis empat dampak buruk pemberlakuan fidusia. Pertama, beban multifinance semakin besar, karena harus membayar sertifikat fidusia dan biaya notaris. Kedua, dikhawatirkan terdapat praktik pungutan liar (pungli) agar sertifikat cepat terbit. Ketiga, angka kredit macet (NPL) akan semakin tinggi. Keempat, adanya debitur nakal yang dikhawatirkan menggelapkan kendaraan. Pelaku multifinance sudah menyatakan keberatan. Suhartono, Direktur Utama Federal International Finance (FIF), mengatakan regulator cenderung memaksakan aturan tanpa membenahi infrastruktur terlebih dulu. "Jika misinya melindungi debitur dan perusahaan multifinance, sepertinya tidak tercapai. Multifinance justru tidak diuntungkan dari PMK ini," kata Suhartono.
Beleid fidusia berlaku, multifinance pasrah
JAKARTA. Awal pekan depan, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 130 tentang pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan mulai berlaku. Sebagian besar multifinance mengaku hanya bisa pasrah dengan regulasi baru ini. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) merilis empat dampak buruk pemberlakuan fidusia. Pertama, beban multifinance semakin besar, karena harus membayar sertifikat fidusia dan biaya notaris. Kedua, dikhawatirkan terdapat praktik pungutan liar (pungli) agar sertifikat cepat terbit. Ketiga, angka kredit macet (NPL) akan semakin tinggi. Keempat, adanya debitur nakal yang dikhawatirkan menggelapkan kendaraan. Pelaku multifinance sudah menyatakan keberatan. Suhartono, Direktur Utama Federal International Finance (FIF), mengatakan regulator cenderung memaksakan aturan tanpa membenahi infrastruktur terlebih dulu. "Jika misinya melindungi debitur dan perusahaan multifinance, sepertinya tidak tercapai. Multifinance justru tidak diuntungkan dari PMK ini," kata Suhartono.