JAKARTA. Demi stabilitas harga, pemerintah memilih membuka keran impor pangan selebar-lebarnya. Hanya, di sisi lain, pemerintah juga semakin selektif dalam memberikan izin impor. Yakni memperketat syarat importir dengan memberi berbagai kewajiban tambahan. Lihat saja, beberapa kebijakan impor pangan seperti daging sapi (sapi bakalan), gula mentah bagi industri rafinasi, serta jagung. Untuk impor sapi semisal, pemerintah mensyaratkan importir sapi bakalan atau usaha penggemukan sapi (feedloter) untuk menyiapkan sapi indukan dengan komposisi 1:5. Ini artinya, feedloter harus menyediakan minimal 20% sapi indukan dari total sapi bakalan yang diimpor. Sedangkan impor gula mentah untuk rafinasi, pemerintah mewajibkan pengusaha membuka perkebunan tebu di dalam negeri. Adapun, perusahaan pakan yang akan mengimpor jagung lewat Bulog juga wajib bermitra dengan petani jagung lokal untuk menyerap hasil panen mereka.
Beleid impor pangan membingungkan
JAKARTA. Demi stabilitas harga, pemerintah memilih membuka keran impor pangan selebar-lebarnya. Hanya, di sisi lain, pemerintah juga semakin selektif dalam memberikan izin impor. Yakni memperketat syarat importir dengan memberi berbagai kewajiban tambahan. Lihat saja, beberapa kebijakan impor pangan seperti daging sapi (sapi bakalan), gula mentah bagi industri rafinasi, serta jagung. Untuk impor sapi semisal, pemerintah mensyaratkan importir sapi bakalan atau usaha penggemukan sapi (feedloter) untuk menyiapkan sapi indukan dengan komposisi 1:5. Ini artinya, feedloter harus menyediakan minimal 20% sapi indukan dari total sapi bakalan yang diimpor. Sedangkan impor gula mentah untuk rafinasi, pemerintah mewajibkan pengusaha membuka perkebunan tebu di dalam negeri. Adapun, perusahaan pakan yang akan mengimpor jagung lewat Bulog juga wajib bermitra dengan petani jagung lokal untuk menyerap hasil panen mereka.