Beli aset manajemen Commonwealth Bank, MUFG jadi perbankan teratas di Asia dan Ocenia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG) semakin menancapkan kuku-kukunya di bisnis finansial global. Baru-baru ini, perusahaan keuangan asal Jepang sepakat untuk membeli Colonial First State Global Asset Management (CFSGAM). CFSGAM merupakan unit manajemen aset milik Commonwealth Bank of Australia. Nilai pembeliannya terbilang fantastis, yakni senilai A$ 4,13 miliar atau US$ 2,9 miliar.

Dilansir dari Reuters, Rabu (31/10), bahwa kesepakatan ini juga memuat pengambilalihan aset CFSGAM sebesar A$ 213 miliar, yang dikelola manajemen di negara Amerika Serikat (AS), Australia dan Asia. Setelah kesepakatan transaksi tersebut, MUFG bisa memiliki aset sebesar US$ 727,2 miliar.

Hal itu membuat perusahaan keuangan asal Jepang ini menjadi perbankan teratas di wilayah Asia dan Ocenia, serta menjadi salah satu dari 15 pengelola aset manajemen terbesar di dunia.


MUFG telah menjajaki akuisisi untuk mendiversifikasi bisnis pemberian pinjaman di dalam negeri, yang mendapat hambatan dari suku bunga yang rendah serta menyusutnya populasi penduduk Jepang.

“Sangat penting untuk mengamakan ukuran tertentu demi mempertahankan tingkat profitabilitas dan daya saing,” kata pihak MUFG.

Menurutnya, kesepakatan ini diharapkan menjadikan MUFG sebagai pemimpin industri yang tak tertandingi di Jepang, serta menjadi pemain global yang diperhitungkan. Disamping itu, kesepakatan ini akan membantu manajemen aset serta layanan investor, akan menyumbang 7% laba kotor perusahaan, atau naik dari realisasi Maret lalu sebesar 5%.

Analis Senior Bank di SBI Sekuritas Toyoki Sameshima mengatakan, akuisisi ini dinilai merupakan langkah yang tepat bagi MUFG, sebagai strategi memperluas bisnis perusahaan.

Sementara bagi Commonwealth Bank, proses akuisisi ini akan mempercepat langkah CEO Matt Coyn untuk membuat perusahaan lebih fokus pada bisnis perbankan di wilayah domestik yang lebih menguntungkan.

Seperti para pesaingnya, Commonwealth Bank menghadapi kondisi bisnis yang lebih ketat karena ledakan bisnis properti di Australia telah menahan pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie